Mereka disamakan dengan manate modern, namun dengan perbedaan mencolok seperti kepala yang mungil, tubuh besar, dan lengan serta kaki yang kecil. Spesimen dari paus kolosal ini saat ini disimpan di Museum Sejarah Alam di Lima.
Perbandingan dengan Paus Biru
Salah satu aspek menarik dalam penemuan ini adalah perbandingan antara paus kolosal dan paus biru, yang dikenal sebagai salah satu hewan terbesar yang masih ada di dunia saat ini.
Meskipun paus biru dikenal dengan reputasi sebagai hewan terberat yang pernah ada, paus kolosal berhasil melampaui beratnya dengan tipis.
BACA JUGA:Warga OKI Ketiban Rezeki Penemuan Harta Karun Emas Batangan, Disini Lokasinya
Perkiraan ukuran paus kolosal ini mencakup rentang antara 187.000 hingga 750.000 pound (85.000 hingga 340.000 kg), sementara paus biru biasanya memiliki berat antara 150.000 hingga 200.000 pound (68.000 hingga 90.000 kg).
Meskipun paus kolosal jauh lebih berat dari paus biru, panjang tubuh keseluruhannya lebih pendek, yaitu sekitar 20 meter.
Namun, sangat sulit untuk menentukan secara tepat berapa banyak lemak dan jaringan lunak yang mengelilingi kerangka paus kolosal ini, sehingga para peneliti menggunakan pendekatan yang lebih konservatif dalam perkiraan ukuran mereka.
Namun, perbedaan ini memberikan gambaran tentang perbedaan anatomi dan karakteristik antara kedua spesies paus ini.
Adaptasi dan Evolusi Paus Kolosal
Penemuan paus kolosal ini tidak hanya menghadirkan perbandingan dengan paus biru, tetapi juga memberikan wawasan yang berharga tentang adaptasi dan evolusi hewan laut raksasa.
BACA JUGA:Tim Gabungan SAR! Penemuan Korban Tragedi KM Dewi Noor
Para peneliti mendokumentasikan bagaimana hewan ini memperoleh adaptasi ekstrem yang memungkinkannya untuk bertahan dan berlaga dalam gaya hidup laut yang sangat berbeda.
Paus kolosal ini adalah anggota dari kelompok bacilosaurid, yang sudah punah, dan penemuan ini membantu kita memahami bagaimana kelompok hewan ini berkembang dan beralih ke ukuran tubuh yang sangat besar.
Paus kolosal ini tampaknya menjadi penyelam dangkal yang bergerak lambat, dan para peneliti masih menyelidiki apa yang mungkin menjadi makanannya.
Meskipun kepala dan giginya tidak bertahan, para peneliti berspekulasi bahwa paus ini menghabiskan sebagian besar waktunya di dasar lautan, tidak membakar banyak energi untuk mendapatkan sumber makanannya.