BACAKORAN.CO - Pasar keuangan Indonesia diguncang oleh berita mengejutkan saat nilai tukar rupiah terus melemah hingga mencapai level terendah dalam 3,5 tahun terakhir. Kondisi ini terjadi akibat capital outflow yang signifikan pekan lalu.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) telah merosot tajam, menembus level psikologis Rp15.900/US$, mengalami penurunan sebesar 0,19%.
Bahkan, dalam perdagangan yang serba cepat ini, rupiah sempat mencapai angka Rp15.914/US$.
Ini adalah posisi terlemah rupiah sejak 8 April 2020, mencapai level terendah dalam 3,5 tahun terakhir, yang mengejutkan para pelaku pasar.
Data transaksi dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa dalam periode 16 hingga 19 Oktober 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik mencatatkan penjualan bersih (jual neto) senilai Rp5,36 triliun.
BACA JUGA:Sukses Beternak Ayam dan Kambing, Strategi Efektif untuk Kesejahteraan Ekonomi
Angka ini mencakup penjualan bersih senilai Rp3,45 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), penjualan bersih senilai Rp3,01 triliun di pasar saham, dan bahkan pembelian bersih senilai Rp1,10 triliun di Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI).
Kejadian capital outflow yang semakin deras ini telah berlangsung secara beruntun sejak minggu ke-4 September, terutama mencolok dalam data transaksi pada 25-27 September 2023.
Pada periode tersebut, nonresiden di pasar keuangan domestik mencatatkan penjualan bersih senilai Rp7,77 triliun.
Penjualan bersih mencapai Rp7,86 triliun di pasar SBN, Rp2,07 triliun di pasar saham, dan pembelian bersih mencapai Rp2,16 triliun di SRBI.
BACA JUGA:Bank Indonesia Dongkrak Ekonomi Syariah dan Digitalisasi
Dalam empat minggu terakhir, dana asing telah meninggalkan Indonesia dengan jumlah total hampir mencapai Rp20 triliun.
Dominasi terbesar dari capital outflow ini berasal dari pasar SBN, mencapai hampir Rp19 triliun.
Penyebab utama dari capital outflow ini adalah selisih yang semakin tipis antara imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) dan SBN dengan tenor 10 tahun.
Pada 23 Oktober 2023, imbal hasil US Treasury mencapai 4,9734, sementara imbal hasil SBN dengan tenor 10 tahun mencapai 7,206.
Dengan selisih sebesar 223 basis poin (bps), meskipun mengalami kenaikan dari pekan sebelumnya, selisih ini masih dianggap sangat kecil.
BACA JUGA:Punya 3.000 kegiatan, Tahun Ini Menparekraf Targetkan Dorongan Ekonomi US$12 Miliar
Investor lebih memilih untuk berinvestasi di AS, ditinggalkan oleh pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, akibat rating surat utang AS yang jauh lebih tinggi.
Dalam upaya merespons situasi ini, Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%.
Keputusan ini diambil dalam upaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan mengurangi tekanan yang menghantui pasar keuangan Indonesia.
BI siap berjuang keras untuk menjaga stabilitas ekonomi negara di tengah perubahan pasar global yang tidak pasti dan mengejutkan.