BACA JUGA:Sejarah dan Asal-usul Shalat Jumat
Langsung, sama Habih Abdullah Al Haddad buat dzikir-dzikir lalu disebutlah Ratib Al Haddad.
Jadi, pertama kali Ratibul Haddad ini dibaca di kampung Amir ini tadi di Syibam.
Setelah mendapat izin dari Habih Abdullah Al Haddad dan mendapat ijazah ke muridnya disuruh membaca.
Kemudian Ratib ini dibaca oleh Amir dan penduduk di Syibam.
Kemudian, disana juga Ratib ini dibaca di Masjid Al Hawi.
Kemudian, Ratib ini biasanya dibaca secara berjamaah setelah Maghrib atau Isya'.
Ketika di Bulan Ramadhan di Tarim, kata Habih Abdullah Al Haddad, Ratib ini dibaca sebelum sholat Isya' untuk mengisi kesempitan waktu.
Meskipun waktu itu yang menentukan Habib Abdullah Al Haddad.
Kemudian, setelah itu Habib Abdullah Al Haddad berangkat menunaikan ibadah haji. Setelah beliau disana, Ratib sudah mulai terkenal dibaca di Mekkah dan Madinah.
Dan murid Habin Abdullah Al Haddad yang bernama Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi berkata: " Barangsiapa yang membaca Ratib Haddad dengan penuh keyakinan dan iman, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang diluar dugaanya."
Meskipun Haid tetep boleh baca dengan niat penjagaan.
Jadi, di dalam Ratib pada setiap ayat dan doa ada nama Allah yang disebutkan.
Dan Ratib ini diambil dari bacaan Al-Quran dan hadist Rasulullah.
Kemudian, bilangan bacaan yang ada disetiap doa itu adalah bilangan ganjil yang mana itu witir dan Rasulullah SAW suka bilangan yang ganjil.
Membaca Ratib Al Haddad tanpa ijazah itu tetep bisa / fadhol.