Meriam tersebut boleh dipindahkan. Karena tempat pertama meriam ini berada, rawan longsor dan pesisir pantai yang kerap kali terjadi abrasi.
BACA JUGA:Hal yang Jarang Terjadi Bunga Raflesia Mekar Sempurna, So Beautiful!
Pada awalnya Meriam Honisoit terletak ± 20 m dari tepi Samudera Indonesia yang berupa tebing-tebing yang cukup curam, kemudian dipindahkan sejauh 35 m dari tempat asalnya karena tebing lautnya telah mengalami abrasi.
Hal tersebut mencerminkan bahwa keberadaan Situs Meriam Honisoit harus diwaspadai mengingat ancaman abrasi laut yang semakin lama semakin memprihatinkan.
Dengan pilihan akhir meriam ini dipindahkan.
Di kelurahan belakangan Gedung sendiri, selain keberadaan meriam ini, saat ini juga masih tersisa 2 buah bunker, serta parit-parit buatan yang menghubungkan antar bunker.
Sebagian parit saat ini, sudah tebenam di laut. Hal ini, disebabkan karena pasang surut air laut di Bengkulu Selatan tiap tahun selalu meningkat, bahkan kerap kali terjadi abrasi yang akhirnya membuat beberapa parit peninggalan sejarah menghilang dari peradapan.
Bahkan, hal tersebut seakan tidak diperhatikan oleh Pemerintah Bengkulu Selatan, Provinsi maupun, Pemerintah Pusat, bahwa ada peninggalan sejarah yang mulai menghilang dari peradaban. (eng)