Muhammad al-Fatih lahir pada tanggal 30 Maret 1432 dan menjadi Sultan Utsmaniyah pada usia 21 tahun setelah kematian ayahnya, Murad II.
Al-Fatih adalah pemimpin yang sangat ambisius dan memiliki visi besar untuk memperluas kekaisaran Utsmaniyah.
Dia tumbuh dengan tekad untuk menaklukkan Konstantinopel, sebuah kota yang dianggap sebagai simbol kekaisaran dan kekristenan.
Sejak muda, al-Fatih mendalami seni perang dan strategi militer.
Dia juga dikenal sebagai penguasa yang bijaksana dan berpendidikan tinggi.
BACA JUGA:Asal Usul Sejarah Tahun Baru Masehi Dan Dampaknya Bagi Kaum Muslim
Sebelum mengejar penaklukan Konstantinopel, al-Fatih membangun kekuatan militer Utsmaniyah dan mendapatkan dukungan politik untuk menghadapi penaklukan besar ini.
Taktik dan Keberanian dari Pengepungan Konstantinopel
Pada tahun 1452, al-Fatih mulai mempersiapkan pasukannya untuk pengepungan Konstantinopel.
Dia memerintahkan pembangunan meriam besar dan merencanakan taktik militer yang cermat.
Al-Fatih mengetahui kelemahan-kelemahan dinding kota dan mengatur pasukannya dengan hati-hati.
Pada 2 April 1453, pasukan Utsmaniyah mulai mengepung Konstantinopel.
BACA JUGA:Sejarah Islam di Eropa, Jadi Pusat Peradaban di Andalusia, Perang Salib, Kini Tinggal Kenangan
Mereka menggunakan meriam besar yang mampu menembus tembok kota yang kokoh.
Pasukan Utsmaniyah juga menggunakan cara-cara inovatif, seperti menggulung kapal-kapal mereka melalui darat untuk mencapai Pelabuhan Emas, menghindari rantai besi yang melindungi pelabuhan utama kota.
Selama berbulan-bulan, pertempuran sengit terjadi di sekitar kota.