Kawalu di suku Badui bukan hanya sekadar menahan diri dari kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman.
Lebih dari itu, ritual ini dianggap sebagai cara untuk membersihkan jiwa dan memperkuat hubungan dengan alam dan Tuhan.
Suku Badui memiliki keyakinan kuat bahwa melalui kawalu, mereka dapat mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi.
BACA JUGA:Gelar Adat Suku Komering, Ternyata Ini yang Berhak Menggunakannya, Termasuk 2 Presiden RI
BACA JUGA:Hormati Adat Budaya Indonesia, Coldplay Lakukan Ini di Konsernya
Selama periode berpuasa, anggota suku Badui berkomitmen untuk menjauhkan diri dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari dan memfokuskan perhatian mereka pada aspek spiritual.
Ritual ini dianggap sebagai waktu untuk introspeksi, memohon ampun, dan memperkuat ikatan dengan alam yang dianggap sebagai anugerah Tuhan.
Proses kawalu di suku Badui memiliki tahapan-tahapan khusus yang dijalani dengan penuh dedikasi.
Sebelum memasuki periode berpuasa, anggota suku Badui melakukan persiapan fisik dan spiritual.
Mereka membersihkan tubuh dan pikiran, menghindari hal-hal yang dianggap tidak suci, dan fokus pada doa dan meditasi.
Selama masa puasa, mereka tidak hanya menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga menghindari aktivitas-aktivitas tertentu.
Kontak dengan dunia luar diminimalkan, dan waktu dihabiskan untuk berdoa, meditasi, dan membaca kitab suci mereka.
Puncak dari kawalu adalah saat mereka merayakan Idul Fitri, di mana mereka bersatu kembali dengan masyarakat Badui yang tidak menjalani puasa.
Suku Badui hidup di tengah-tengah alam yang hijau dan alami.