Pada masa Soekarno (1945-1967), pemilu di Indonesia masih dalam konteks pembentukan negara yang baru merdeka. Pemilu pertama diadakan pada 1955 dengan tujuan membentuk Konstituante.
Namun, Pemilu 1955 juga menjadi awal dari ketegangan politik yang mendalam di antara partai-partai politik.
Era Soeharto:
Ketika Soeharto berkuasa (1967-1998), pemilu menjadi alat legitimasi rezim otoriter. Soeharto memastikan dominasi partainya, Golkar, dalam setiap pemilihan. Pemilu menjadi sarana untuk mengukuhkan kekuasaan pribadi Soeharto, sementara partai oposisi dihimpit.
Era Habibie:
Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, pemilu menjadi bagian penting dari reformasi politik. Pemilu 1999 adalah tonggak sejarah karena merupakan pemilu pertama setelah puluhan tahun otoritarianisme.
Pemilu ini membuka jalan bagi terbentuknya parlemen yang lebih inklusif dan beragam.
Era Gus Dur:
Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menghadapi tantangan besar dalam mengkonsolidasikan demokrasi. Pemilu 2004 menandai perkembangan positif dengan pergantian kekuasaan yang damai dari Megawati Soekarnoputri ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Era Megawati:
Megawati Soekarnoputri mengepalai Indonesia pada 2001-2004 dan menjadi presiden pasca-reformasi perempuan pertama.
Pemilu 2004 membuktikan kematangan demokrasi dengan partisipasi yang tinggi, menegaskan bahwa transisi ke demokrasi di Indonesia berjalan pada jalur yang benar.
Era SBY:
SBY memimpin Indonesia selama dua periode (2004-2014). Pemilu 2009 menandai pertumbuhan politik partai-partai baru dan konsolidasi demokrasi. SBY mewariskan negara yang lebih stabil kepada penerusnya, Joko Widodo (Jokowi).
Era Jokowi:
Pemilu 2014 membawa Jokowi ke tampuk kekuasaan, menandai era kepresidenan yang penuh tantangan dan transformasi. Pemilu 2019 menjadi pemilu terbesar dan paling kompleks dalam sejarah Indonesia, menunjukkan kedewasaan demokrasi dan partisipasi yang tinggi.