Meski sekarang ini dalam kondisi waswas, STY tetap bangga dengan perjuangan anak asuhnya di ajang ini. Menurutnya, Indonesia yang datang dengan peringkat terendah kedua dari 24 peserta Piala Asia 2023 Qatar tampil tidak seperti tim dengan peringkat 146 dunia.
Masuknya delapan pemain naturalisasi memberikan kekuatan tersendiri bagi Indonesia. Mereka mampu menjadi tulang punggung permainan Indonesia di setiap pertandingan.
Terutama peran Justin Hubner dan Ivar Jenner yang sukses mematahkan serangan lawan dan membangun permainan dari tengah. Kemudian Jordi Amat dan Elkan Bagott di belakang membuat pertahanan Indonesia solid.
Belum lagi masuknya Sandy Walsh yang memperkuat pertahanan dan memunculkan kejutan-kejutan. Selanjutnya Rafael Struick yang tidak cetak gol tapi kontribusinya dalam permainan sangat bantu pemain lainnya berkembang.
Itu belum pemain Indonesia yang main di luar negeri. Macam Pratama Arhan yang selalu jadi starter, Asnawi Mangkualam yang terus eksplosif di sisi kanan.
Jangan lupakan juga si cepat Yakob Sayuri yang terus tanpa lelah membuka ruang untuk ciptakan peluang.
"Sebagai pelatih, turnamen sebesar ini selalu memberikan kesan tersendiri. Saya melatih salah satu tim terlemah di Piala Asia 2023. Ini jadi pengalaman saya tersendiri," jelas STY.
"Indonesia sekarang ada di peringkat 146. Tapi jika melihat realita permainan, sebenarnya itu tidak sesuai dengan peringkat kami di FIFA saat ini," tegasnya.
Apalagi, di ajang ini Timnas Indonesia tampil dengan skuad termuda. Rata-rata pemain 22,5 tahun.
Bandingkan dengan Jepang berperingkat 17 dunia dengan rata-rata pemain usia 23,7 tahun. Lalu Vietnam di posisi ke-94 dengan rata-rata pemain usia 23,3 tahun. Kemudian Irak di posisi 63 peringkat FIFA dengan rata-rata pemain usia 24,2 tahun.
"Tim ini akan berkembang terus di masa depan. Tim ini tim termuda yang mendapatkan pengalaman bermain melawan tim-tim terbaik Asia. Ini akan sangat membantu tim kami berkembang," jelas STY.(*)