Seperti kedirgantaraan, peralatan AI, peralatan medis, mikroprosesor, sensor canggih, drone kecil, dan robot mikro,” ujar perusahaan.
BACA JUGA:Cara Menyadap WhatsApp Tanpa Memindai Kode QR pada Tahun 2024, Eits.. Pahami Dulu Carnya
BACA JUGA:Tetap Tenang dan Jangan Panik, Begini Cara Mengembalikan Akses WhatsApp yang Diblokir Sementara
Baterai nuklir ini juga diklaim aman, tidak memiliki radiasi eksternal dan ramah lingkungan.
“Setelah masa peluruhan, 63 isotop tersebut berubah menjadi isotop tembaga yang stabil, non-radioaktif dan tidak menimbulkan ancaman atau mencemari lingkungan,” kata perusahaan.
Baterai nuklir ini menggunakan nikel-63 sebagai sumber radioaktif yang nantinya akan terurai menjadi tembaga melalui jalur beta.
Sederhananya, bagian atom neutron dalam baterai tersebut akan berubah menjadi proton yang memancarkan elektron.
BACA JUGA:Paket Unlimited Indosat 'Murmer' ini Cara Dapatkannya Tanpa Bikin Dompet Boncos, Tertarik?
BACA JUGA:4 Langkah Uang Cair! Cuan dari Facebook Melalui Fb Pro
Jika ada tindakan yang dilakukan dengan elektron yang terbentuk, hal itu akan menjadi sumber listrik.
Sebenarnya, baterai bertenaga nuklir sebenarnya bukan hal baru.
Jauh sebelum ini, para ilmuwan di Uni Soviet dan Amerika Serikat mampu mengembangkan teknologi baterai nuklir untuk digunakan di pesawat ruang angkasa, sistem bawah air, dan stasiun ilmiah jarak jauh, namun baterai termonuklir sangat mahal dan ukurannya super besar.
Namun, dengan kemajuan teknologi, baterai nuklir kini bisa dibuat lebih kecil dan murah.
BACA JUGA:Tak Perlu Top Up! 18 Kode Redeem Hadiah Menarik di Ragnarok Origin, Klaim Segera ada Hadiah Kejutan
BACA JUGA:Fantastis! Netflix Tembus Jumlah Pelanggan Dunia Capai 247 Juta, Apa Saja yang Ditawarkan?
Meski begitu, baterai nuklir ini masih memerlukan pelindung tambahan jika digunakan untuk peralatan yang menghasilkan radiasi.