Ketika nasihat orang tua tidak diterima dengan baik oleh AD, ia menjadi marah dan mengeluarkan kata-kata kasar.
Akibatnya, ia diusir dari rumah oleh ayahnya.
Tindakan mengusir AD dari rumah tampaknya menjadi pemicu lain dari aksi kekerasan yang dilakukan oleh AD.
Tersinggung dan emosi, AD membalas dengan memukul ayahnya sebanyak tiga kali dan juga menganiaya ibunya sebelum akhirnya melarikan diri.
Meskipun ada spekulasi awal bahwa motif di balik penganiayaan ini mungkin terkait dengan perbedaan pandangan politik terkait debat calon presiden, Kapolrestabes Palembang membantah klaim tersebut.
Dari hasil pemeriksaan kedua korban, diketahui bahwa penyebab utama dari kejadian tragis ini adalah karena AD tidak mau tidur ketika sedang menonton televisi, tidak mengikuti perintah orang tua.
Kasus ini menyoroti beberapa isu penting yang perlu menjadi perhatian dalam dinamika keluarga modern.
BACA JUGA:Ulah Anak Buahnya yang Melakukan Razia Tak Berseragam dan Aniaya Warga, Wakapolres Rela Turun Tangan
Pertama, pentingnya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak.
Komunikasi yang terbuka dan empati dari kedua belah pihak dapat mencegah eskalasi konflik dan tindakan kekerasan dalam keluarga.
Kedua, pentingnya pendidikan dan pemahaman mengenai pentingnya ketaatan dan kedisiplinan dalam keluarga.
Anak perlu dipahami bahwa perintah yang diberikan oleh orang tua tidaklah semata-mata untuk mengekang mereka, tetapi untuk melindungi dan memastikan kesejahteraan mereka.
Ketiga, perlunya dukungan sosial dan psikologis bagi keluarga yang mengalami konflik dan kekerasan.
Banyak kasus kekerasan dalam keluarga terjadi karena kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar dalam menyelesaikan konflik dan mengelola emosi.