Pihak ini adalah pihak yang sedang memegang kekuasaan dan memiliki kendali atas aparatur dan anggaran.
Bivitri Susanti menyatakan bahwa desain kecurangan Pemilu 2024 sebenarnya bukanlah rencana yang hebat.
Hal ini karena skenario yang sama telah dilakukan oleh rezim-rezim sebelumnya di banyak negara.
BACA JUGA:Dirty Vote: Film Dokumenter yang Bikin Heboh Pemilu 2024
Ia juga mengatakan bahwa tidak perlu kecerdasan atau kecerdikan untuk menyusun dan menjalankan kecurangan ini, yang diperlukan hanyalah sifat culas dan ketahanan terhadap rasa malu.
Bivitri, yang merupakan seorang dosen dari Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera, menegaskan bahwa Pemilu 2024 tidak bisa dianggap remeh.
Masyarakat harus menyadari bahwa terdapat kecurangan yang luar biasa dalam pemilihan ini.
Film Dirty Vote juga memperlihatkan bagaimana para politisi memanipulasi rakyat demi kepentingan pribadi mereka.
BACA JUGA:Kementrian Agama Perpanjang Waktu Pelunasan BIPIH Tahap Pertama Hingga 23 Februari 2024
Film ini juga mengungkap berbagai aksi kecurangan yang terlihat jelas oleh publik namun tidak pernah ditindaklanjuti.
Penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi demi memenangkan pemilihan justru merusak tatanan demokrasi.
Salah satu pasangan calon yang paling banyak terlibat dalam kecurangan, seperti yang disebutkan dalam film, adalah pasangan calon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming.
Data-data kecurangan pada Pemilu 2024 disajikan dalam bentuk grafik yang disertai penjelasan dari ketiga narasumber.
Menurut Bivitri, film ini akan menjadi catatan sejarah tentang kerusakan demokrasi di Indonesia.