Kesenangan dunia ini, meskipun terasa begitu memuaskan pada saat itu, sering kali berujung pada kekosongan dan kekecewaan.
Begitu juga dengan kesedihan; meskipun melkamu kita dengan keras, itu juga hanya bagian dari pengalaman yang sementara.
Pemahaman ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada kenikmatan dunia yang fana, dan juga untuk tidak terlalu terpuruk oleh kesedihan yang melkamu.
BACA JUGA:Baca no 5 pasti Mimpi Selalu Indah! Fakta Psikologis tentang Mimpi yang Mungkin Belum kalian Ketahui
3. Menyadari Keberartian Hidup
Dalam perumpamaan kehidupan sebagai mimpi, terkandung sebuah panggilan untuk menyadari keberartian hidup ini.
Seperti yang diungkapkan Ibnul Qoyyim, jika dunia ini mampu membuat kita tertawa sebentar, itu juga mampu membuat kita menangis dalam waktu yang lama.
Hal ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai waktu yang kita miliki, dan untuk menghabiskannya dengan cara yang bermakna dan bernilai.
Pemahaman ini juga mendorong kita untuk mencari kebahagiaan dan kepuasan yang lebih dalam, yang tidak hanya bergantung pada kenikmatan materi atau kesenangan sesaat.
Dengan menyadari kesementaraan dunia ini, kita diingatkan untuk lebih fokus pada kebahagiaan yang bersifat abadi, baik itu melalui hubungan yang berarti, pengabdian kepada Tuhan, atau pengembangan diri yang berkelanjutan.
BACA JUGA:Jangan Sampai Menyerah! 7 Alasan yang Akan Mendorongmu untuk Terus Mengejar Mimpi, Apa Saja?
4. Mencari Makna dan Tujuan
Akhirnya, pemahaman bahwa kehidupan ini seperti mimpi mengajarkan kita untuk mencari makna dan tujuan yang lebih dalam dalam hidup kita.
Seperti dalam mimpi yang mungkin memiliki pesan atau makna tersembunyi, kehidupan ini juga memiliki tujuan yang lebih besar yang perlu kita gali dan pahami.
Melalui refleksi dan introspeksi, kita dapat menemukan tujuan hidup yang sejati dan memandu langkah-langkah kita dalam mencapainya.
Mungkin itu adalah mencari kebenaran, berbuat baik kepada sesama, atau berkembang secara spiritual.