Kenapa? Itu arena kesenjangan antara imbal hasil yang berisiko tinggi dan yang berisiko rendah semakin menyempit.
"Gagasan ini membuat sebagian besar mata uang regional diperdagangkan lebih rendah pada minggu ini," terang Ibrahim.
Ibrahim juga menyatakan bahwa alat CME Fedwatch menunjukkan para pelaku pasar semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada bulan Mei dan Juni 2024.
Dari segi dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus sebesar US$8,6 miliar pada kuartal IV/2023, dibandingkan dengan kinerja kuartal sebelumnya yang mencatat defisit US$1,5 miliar, sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia.
Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat perbaikan signifikan, dari defisit US$0,1 miliar pada kuartal III/2023 menjadi surplus US$9,8 miliar pada kuartal IV/2023.
Kinerja positif ini terutama didukung oleh aliran investasi portofolio yang kembali masuk ke pasar keuangan domestik.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen.
Keputusan ini diambil dalam rapat dewan gubernur (RDG) BI pada tanggal 20-21 Februari 2024.
BACA JUGA:Fokus Pelaku Pasar Tertuju ke Sini, Rupiah Dibuka Lanjut Melemah
Ini merupakan kali kelima suku bunga acuan atau BI Rate ditahan, sejak 19 Oktober 2023.
Suku bunga Deposit Facility tetap pada 5,25 persen, sementara suku bunga Lending Facility tetap pada 6,75 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang mendukung stabilitas.
Tujuannya adalah untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.
BACA JUGA:Analis Prediksi Arah Rupiah Sambut Pilpres 2024, Melesat atau Merosot?
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dari sebelumnya.