BACAKORAN.CO- Dalam menjalankan ibadah puasa, umat Islam sering kali dihadapkan pada pilihan antara mengikuti tata cara puasa yang ditetapkan oleh organisasi Islam tertentu, seperti Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah.
Namun, penting untuk memahami bahwa keduanya memiliki landasan yang kuat dalam ajaran Islam.
Tim bacakoran.co sudah telaah lebih lanjut mengenai perbedaan dan persamaan antara puasa menurut NU dan Muhammadiyah.
Pilihan Antara NU dan Muhammadiyah
Menurut pendapat dari Ustadz Abdul Somad, pilihan antara mengikuti puasa menurut NU atau Muhammadiyah sebenarnya bergantung pada keyakinan masing-masing individu.
BACA JUGA:Keutamaan Puasa Ramadan Bagi Muslim, Siapkan Diri Untuk Sambut Ramadan 2024 dengan Bahagia
Kedua metode tersebut memiliki legitimasi dalam agama Islam, sehingga tidak ada yang salah dalam memilih salah satunya.
Namun, perbedaan utama terletak pada metode atau cara perhitungan hilal.
Metode Perhitungan Hilal
Perbedaan utama antara puasa menurut NU dan Muhammadiyah terletak pada metode perhitungan hilal.
Muhammadiyah memandang bahwa ketika hilal terlihat dengan perbedaan sudut 0,5 derajat dari matahari, maka sudah sah untuk memulai puasa esok harinya.
BACA JUGA:Keutamaan Membaca Surah Al-Fath pada Awal Malam Ramadan, Amalan Mulia yang Perlu Kita Lakukan!
Sementara itu, NU menetapkan syarat bahwa hilal harus terlihat dengan perbedaan sudut minimal 2 derajat dari matahari agar puasa dianggap sah.
Implikasi dalam Praktik Berpuasa
Perbedaan dalam metode perhitungan hilal ini memiliki implikasi langsung dalam praktik berpuasa.