"Saya tetap bersyukur dengan hasilnya walau di game pertama permainan saya tidak cukup meyakinkan. Tapi di game kedua saya bisa berusaha untuk mengambil keunggulan walau sempat tertinggal 18-20," jelas Gregoria.
"Ini menjadi catatan saya agar seharusnya saya bisa langsung in di game pertama, tertinggal begitu jauh dengan 11 poin beruntun hilang karena kebanyakan melakukan kesalahan sendiri memang sangat merugikan," ujarnya.
Memasuki game ketiga, Gregoria sudah sempat unggul tapi Akane coba mengubah permainan dengan lebih bermain safe. Dia hanya menunggu Gregoria menyerang lalu mencari celah untuk melakukan serangan balik.
"Situasi itu membuat saya menjadi ragu-ragu. Ini yang harus saya pelajari dari pemain-pemain yang peringkatnya di atas saya, bagaimana cara mereka mengubah pola di poin-poin kritis," ucapnya.
"Di poin terakhir tadi, saat saya servis ada flash kamera yang menyala di depan saya dan itu cukup mengganggu. Saya refleks saja untuk menghentikan pertandingan tapi sayangnya umpire memutuskan pertandingan selesai karena mungkin dia tidak melihat kejadiannya. Itu cukup mengganjal di hati saya,' lanjutnya.
Setelah laga ini, Gregoria bertanya kepada umpire dan referee agar saya bisa mendapat jawaban yang jelas atas kejadian tadi. "Terlepas dari itu, hasil sudah final dan saya harus terima," tutupnya.(*)