BACAKORAN.CO – Kecelakaan kapal tanker yang menyebabkan ambruknya Jembatan Baltimore pada hari Selasa berpotensi menghentikan ekspor batu bara dari pelabuhan tersebut selama enam minggu.
Menurut Ernie Thrasher, CEO Xcoal Energy & Resources LLC, ambruknya Jembatan Baltimore yang berada di negara bagian Maryland, Amerika Serikat dapat menghambat pengangkutan hingga 2,5 juta ton batu bara.
Adapun Amerika Serikat (AS) mengirim sekitar 74 juta ton batu bara tahun lalu, dan Baltimore adalah terminal komoditas terbesar kedua.
Penutupan terminal batubara utama dapat mengganggu rantai pasokan energi global, meski industri ini sudah mulai pulih dari dampak pandemi.
BACA JUGA:Detik-detik Jembatan Baltimore Roboh Ditabrak Kapal Tanker Singapura, Ini Kehancurannya!
BACA JUGA:Tahun Baru Imlek 2024 Shio Naga Kayu Bawa Hoki, Harga Batu Bara dan CPO Melejit
Walaupun ada kemungkinan pengalihan ke pelabuhan lain, pelabuhan lain juga sudah cukup sibuk.
Baltimore hanya mengirim kurang dari 2 persen dari total batu bara global yang diangkut melalui laut.
“Sehingga dampaknya terhadap harga global diperkirakan kecil,” ucapnya.
Namun, batu bara yang dikirim dari Baltimore, terutama yang menuju India, memiliki dampak besar karena digunakan untuk pembangkit listrik.
BACA JUGA:Harga Minyak, Batu Bara dan Emas Kompak Anjlok, Apa Sebab?
BACA JUGA:Pacu Kapasitas Angkut Batu Bara Jadi 52 Juta Ton, PTBA Bangun Fasilitas Baru, Apa Tuh?
Penghentian ekspor batu bara dari Baltimore akan berdampak signifikan pada pasokan batu bara India, yang mengonsumsi sekitar 91 juta ton batu bara tahun lalu.
Menurut Energy Aspects, Baltimore mengirimkan sekitar 12 juta ton ke India tahun lalu, atau sekitar 13 persen dari total impor batu bara India.
Gangguan ini diperkirakan akan berlangsung paling lama dua atau tiga minggu.