Sedangkan, dolar Hong Kong menguat 0,01 persen dan bath Thailand menguat 0,1 persen.
BACA JUGA:15 Leasing Terbaik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Sahamnya Bisa Dibeli, Apa Saja?
Sementara itu, mata uang negara maju kompak ambruk.
Franc Swiss melemah 0,14 persen, dolar Australia minus 0,36 persen.
Dolar Kanada minus 0,07 persen, euro Eropa minus 0,09 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,08 persen.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan rupiah melemah di tengah penguatan dolar AS dari mata uang global.
BACA JUGA:Jeblok! Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp16.000 per Dolar AS, Terendah Sejak 2020
Penguatan dolar AS sendiri ditopang oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Di tengah turunnya prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed).
"Selain itu, kekhawatiran akan balasan serangan dari Israel juga membuat investor menjauhi aset dan mata uang beresiko," jelas Lukman.
Di sisi lain, ia mengatakan data produk domestik bruto (PDB) China yang lebih kuat sedikit meredakan tekanan terhadap dolar AS.
BACA JUGA:Dolar AS Hajar Mayoritas Mata Uang Asia dan Negara Maju, Rupiah Ditutup Rp16.175 per USD!
Namun, produksi industri dan penjualan ritel China lebih rendah dari harapan.*