bacakoran.co

Saham, Obligasi, dan Rupiah Kompak Ambruk, Ini Penyebabnya!

Saham, obligasi dan rupiah kompak ambruk pada perdagangan Senin (28/10/2024) siang dipicu meningkatnya konflik di timur tengah pasca serangan Israel ke Iran.--istimewa

BACAKORAN.CO - Tekanan eksternal picu aksi jual besar-besaran di pasar surat utang negara dan mendorong nilai rupiah ambruk ke level terendah dalam dua bulan terakhir.

Pelaku pasar khawatir dengan ketidakpastian yang meningkat di tengah ketegangan antara Israel dan Iran.

Mereka pun beralih ke aset yang dianggap aman seperti dolar Amerika Serikat (AS).

Akibatnya, mata uang pasar berkembang seperti rupiah, obligasi, dan saham ditinggalkan oleh pelaku pasar yang waspada akan potensi situasi pasar yang memburuk.

BACA JUGA:Investor Tunggu Pengumuman dari China, Rupiah Melonjak ke Rp15.105 per USD, Terkuat di Asia!

BACA JUGA:The Fed Pangkas Suku Bunga 50 bps, Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Rontok Dihajar Dolar AS, Jadi Segini!

Di sisi lain, ketidakpastian politik di Jepang dan kondisi ekonomi China yang lesu semakin menambah tekanan bagi pasar emerging market di Asia.

Adapun rupiah melemah ke posisi Rp15.735 per dolar AS, terendah dalam dua bulan terakhir.

Meski Bank Indonesia (BI) berupaya menahan tekanan dengan menjaga stabilitas rupiah di awal perdagangan hingga sempat mencapai Rp15.714, arus jual tetap terlalu besar untuk dibendung.

Rupiah menjadi mata uang Asia dengan pelemahan terburuk hingga siang ini, melemah hingga 0,60 persen.

BACA JUGA:Rupiah Dibuka Melemah Jadi Segini, Tertekan Penguatan Dolar AS Setelah Rilis Data Inflasi yang Mengecewakan

BACA JUGA:Klaim Cuan Rp200.000 Hari Ini dengan 29 Link Penghasil Saldo DANA Gratis, Bisa Serbu Sampai Jutaan Rupiah Juga

Tekanan tidak hanya terjadi di pasar mata uang.

Aksi jual besar juga terjadi di pasar surat utang negara (SBN).

Saham, Obligasi, dan Rupiah Kompak Ambruk, Ini Penyebabnya!

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co - tekanan eksternal picu aksi jual besar-besaran di pasar surat utang negara dan mendorong nilai ke level terendah dalam dua bulan terakhir.

pelaku pasar khawatir dengan ketidakpastian yang meningkat di tengah ketegangan antara israel dan .

mereka pun beralih ke aset yang dianggap aman seperti dolar amerika serikat (as).

akibatnya, mata uang pasar berkembang seperti rupiah, obligasi, dan saham ditinggalkan oleh pelaku pasar yang waspada akan potensi situasi pasar yang memburuk.

di sisi lain, ketidakpastian politik di jepang dan kondisi ekonomi china yang lesu semakin menambah tekanan bagi pasar emerging market di asia.

adapun rupiah melemah ke posisi rp15.735 per dolar as, terendah dalam dua bulan terakhir.

meski bank indonesia (bi) berupaya menahan tekanan dengan menjaga stabilitas rupiah di awal perdagangan hingga sempat mencapai rp15.714, arus jual tetap terlalu besar untuk dibendung.

rupiah menjadi mata uang asia dengan pelemahan terburuk hingga siang ini, melemah hingga 0,60 persen.

tekanan tidak hanya terjadi di pasar mata uang.

aksi jual besar juga terjadi di pasar surat utang negara (sbn).

seperti dilansir dari bloomberg, hingga siang ini, sebagian besar tenor sbn mengalami kenaikan imbal hasil.

tenor 5 tahun (5y) mencapai 6,63 persen, sementara tenor 10 tahun (10y) berada di 6,80 persen.

tenor panjang 15 tahun (15y) naik 7,4 bps ke 6,97 persen dan tenor 30 tahun (30y) naik 1,6 bps ke 6,95 persen.

di pasar saham, aksi jual menekan saham-saham perbankan seperti bbri, bmri, bbni, dan bbca.

saham sektor infrastruktur dan teknologi juga turun, sehingga ihsg sesi pertama melemah 1,10 persen dan menjadi salah satu yang terburuk di asia siang ini.

risiko geopolitik

ketegangan di timur tengah meningkat tajam setelah serangan israel ke iran, yang sempat mendorong harga minyak dunia mendekati us$80 per barel.

namun, harga minyak turun lebih dari 4 persen pada senin (28/10/2024) siang ini setelah pasar merasa lega karena israel tidak menyerang fasilitas minyak iran.

namun, serangan ini berpotensi memicu serangan balasan dari iran dan sekutunya di lebanon, yang menambah kekhawatiran pelaku pasar di tengah pekan yang penuh dengan rilis data ekonomi penting as.

pekan ini, as akan merilis laporan ketenagakerjaan oktober, tepatnya pada jumat (1/11/2024).

laporan ini akan memberikan gambaran pada pasar apakah ekspektasi terhadap penurunan suku bunga acuan federal reserve system alia stthe fed perlu direvisi atau justru membuka harapan untuk pemangkasan suku bunga yang lebih besar.

selain itu, as juga akan merilis data inflasi pce dan pertumbuhan ekonomi kuartal iii 2024.

inflasi pce pada september diperkirakan melandai menjadi 2,1 persen secara tahunan dari 2,2 persen bulan sebelumnya.

namun, inflasi bulanan diperkirakan naik menjadi 0,2 persen dari 0,1 persen, dan inflasi inti pce diperkirakan naik 0,3 persen secara bulanan dan sedikit melandai secara tahunan di 2,6 persen.

Tag
Share