Masing-masing berada di wilayah Kepulauan Sangihe, Bitung, dan Kepulauan Siau, Kabupaten Sitaro.
BMKG bersama dengan Badan Informasi Geospasial dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Memastikan seluruh peralatan pemantauan tersebut terintegrasi dalam Sistem Indonesia Tsunami Non Tektonik (InaTNT).
InaTNT merupakan sebuah sistem yang mengintegrasikan berbagai data observasi muka laut.
BACA JUGA:Waspada! Erupsi Gunung Ruang Picu Awan Panas dan Tsunami, Radius 6 Km Harus Steril
Sekaligus dilengkapi algoritma detektor yang mampu mendeteksi anomali muka laut.
Yang merupakan fitur penting dalam deteksi dini tsunami.
Meskipun hasil pemantauan muka laut masih normal, Daryono menyatakan, semua pihak mulai dari pemerintah.
Otoritas penanggulangan bencana dan masyarakat harus tetap meningkatkan kewaspadaan.
BACA JUGA:Waspada! PVMBG Menaikan Status Gunung Ruang Menjadi Level IV, Sebanyak 828 Jiwa Telah Mengungsi
Hal tersebut mengacu pada standar operasional prosedur kedaruratan yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Berdasarkan data sejarah BMKG, letusan Gunung Ruang pernah menimbulkan dampak tsunami setinggi 25 meter.
Dan menewaskan sekitar 400 orang warga Kepulauan Sitaro pada 1871.
Menurut Dayono, tsunami yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia itu terjadi akibat adanya fenomena flank collapse.
BACA JUGA:Gudang Peluru Milik Kodam Jaya di Gunung Putri Terbakar: 160 Jenis Amunisi Kedaluwarsa
Atau runtuhnya sebagian atau keseluruhan badan Gunung Ruang.