BACAKORAN.CO – Setelah mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa, harga bitcoin mengalami kemerosotan.
Di mana prospek suku bunga yang tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama (higher for longer) menjadi beban bagi harga aset kripto.
Harga Bitcoin merosot dengan koreksi bulanan terdalam sejak kolapsnya FTX pada November 2022.
Harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu anlok hampir 16 persen pada April 2024.
BACA JUGA:Berkat Bitcoin, Negara Ini Lebih Sejahtera, Jadi Terkaya di Dunia, Kok Bisa?
BACA JUGA:Pasar Kripto Gempar, Bitcoin Tembus Rp814 Juta, Begini Ramalannya di 2024!
Bulan sebelumnya, harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, hampir mencapai US$ 74.000.
Debut instrumen Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin di Hong Kong gagal memberikan dorongan positif.
Dilansir dari Bloomberg Intelligence, nilai volume perdagangan perdana di Hong Kong mencapai US$ 12,7 miliar.
Sentimen negatif semakin bertambah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mengisyaratkan akan menunda penurunan suku bunga acuan.
BACA JUGA:Israel Serang Iran, Pasar Langsung Merespon, Kripto Anjlok saat Minyak Melonjak, Segini Harganya!
Perkembangan ini menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi meningkat.
Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone Group Ltd, dalam analisisnya menyatakan, kenaikan yield dianggap sebagai racun bagi emas, Bitcoin, dan pasar saham.
Rabu (1/5/2024) pagi waktu London, harga Bitcoin turun hingga 3% dan diperdagangkan di kisaran US$58.000.