Menurut Yudi Cahyono, kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang, erupsi Gunung Semeru terjadi setiap hari.
BACA JUGA:Kecelakaan Mengerikan Kereta Argo Semeru di Wates Guncang Penumpang
BACA JUGA:Gunung di Islandia Meletus! Peristiwa Ini Malah Sebabkan Warganya Alami Kedinginan, Kok Bisa?
Aktivitas gunung yang aktif tersebut dianggap wajar mengingat statusnya yang berada pada level III atau siaga.
"Justru yang berbahaya adalah jika tidak terjadi erupsi setiap hari, karena ada endapan magma yang berpotensi menyebabkan letusan besar. Masyarakat di lereng Gunung Semeru sudah paham dengan karakter gunung api tersebut," kata Yudi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
BACA JUGA:Ngeri! Gunung Merapi Meletus Muntahkan Lava Sejauh Ini, Daerah Mana Saja yang Terancam?
BACA JUGA:Waspada Semburan Abu Vulkanik dari Gunung Ibu, Masyarakat di Minta Menggunakan Masker dan Kacamata
Selain itu, warga juga dilarang beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.