Israel Akui Rebut Senjata Canggih Iran yang Diselundupkan untuk Palestina Perangi IDF di Tepi Barat
Israel Akui Rebut Senjata Canggih Iran untuk Palestina Perangi IDF di Tepi Barat--Ist
BACAKORAN.CO - Israel telah mengumumkan keberhasilannya menggagalkan pengiriman sejumlah besar senjata canggih dari Iran yang diduga dirancang untuk kelompok perlawanan Palestina di Tepi Barat.
Pengungkapan ini diungkapkan oleh dinas intelijen Israel, Shin Bet, pada Rabu, 27 November 2024.
Menurut pernyataan resmi Shin Bet, senjata tersebut mencakup peluncur granat RPG hingga bom tanah liat yang direncanakan untuk digunakan dalam serangan terhadap target-target Israel di wilayah Tepi Barat, khususnya Jenin.
Operasi ini merupakan hasil kerja sama antara Shin Bet dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang juga membongkar situs penyimpanan senjata dalam jumlah besar.
Meski begitu, lokasi spesifik dari penyitaan dan tempat pengiriman senjata ini tidak diungkapkan demi alasan keamanan.
Badan keamanan Israel mengungkapkan bahwa dua unit khusus dari Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) bertanggung jawab atas upaya penyelundupan ini.
Unit 4000, yang dipimpin oleh Jawad Gafari, diketahui merupakan bagian dari divisi operasi khusus organisasi intelijen IRGC.
BACA JUGA:Resmi Damai! Gencatan Senjata Hizbullah-Israel, Warga Lebanon Pulang Kerumah yang Masing-Masing
Sementara itu, Unit 18840, yang berada di bawah komando Asgar Bakri, berperan sebagai unit operasi khusus Pasukan Quds IRGC yang berbasis di Suriah.
Unit 4000 memiliki reputasi sebagai tim strategis yang dirancang untuk menjalankan operasi intelijen skala besar.
Sedangkan Unit 18840 kerap terlibat dalam misi rahasia untuk mendukung kelompok-kelompok di wilayah konflik seperti Palestina dan Suriah.
Dilansir tim bacakoran.co dari kanal youtube Tribunnews, Shin Bet menyebutkan bahwa senjata tersebut merupakan bagian dari upaya Iran untuk memperluas pengaruhnya di Tepi Barat melalui dukungan terhadap kelompok perlawanan Palestina.
BACA JUGA:Israel Keder, Sepakat Gencatan Senjata dengan Hizbullah di Lebanon, Yakin Bakal Dipatuhi?