Proyeksi sepanjang 2024 menunjukkan ICP akan bergerak di rentang US$79 hingga US$85 per barel.
Lifting minyak tercatat di posisi 561 ribu barel per hari (RBPH) pada semester I 2024.
Sementara proyeksi sepanjang 2024 mencapai 565 hingga 609 RBPH, lebih rendah dari target APBN 2024 sebesar 635 RBPH.
Untuk lifting gas, realisasi mencapai 981 ribu barel setara minyak per hari (RBSMPH) pada semester I 2024, dengan proyeksi sepanjang 2024 mencapai 943 hingga 1.007 RBSMPH, juga lebih rendah dari target APBN 2024 sebesar 1.033 RBSMPH.
Meski realisasi tersebut lebih rendah dari target, Sri Mulyani menegaskan masyarakat masih menikmati energi dengan harga subsidi.
BACA JUGA:Negara Tetangga Indonesia Ini Diramal Jadi Pusat Perdagangan Emas Terkemuka Dunia
BACA JUGA:Begini Prediksi Pergerakan Rupiah di Awal Pekan Kata Pengamat, Lanjut Menguat atau Malah Keok?
Apa yang dilakukan itu demi menjaga daya beli masyarakat.
"Setiap hari masyarakat masih menikmati subsidi yang relatif stabil, meskipun ada perubahan parameter yang menyebabkan APBN menanggung beban lebih besar," ujar Sri Mulyani.
Realisasi subsidi dan kompensasi mencapai Rp155,7 triliun periode Januari - 30 Juni 2024.
Namun, jumlah tersebut tidak hanya mencakup subsidi dan kompensasi energi, tetapi juga termasuk kredit usaha rakyat (KUR).
BACA JUGA:Merapat GrabBers! Sikat 7 Kode Promo Grab 8 Juli 2024: Diskon GrabBike Rp8 Ribu, GrabMart Rp100 Ribu
Untuk volume subsidi energi, realisasi BBM mencapai 7,16 juta KL, LPG 3 kg mencapai 3,36 juta kg, dan listrik mencakup 40,6 juta pelanggan.