BACAKORAN.CO - Kurangnya angka kelahiran di Jepang menjadi masalah serius hingga menyebabkan kurangnya tenaga kerja dan krisis demografi.
Hal ini membuat Jepang kini menghadapi dua "kiamat" sekaligus, tecermin dari data pemerintah Jepang yang dirilis menjelang "Hari Penghormatan bagi Lansia" pada Agustus lalu.
Data tersebut menyatakan bahwa populasi negara yang berusia 65 tahun ke atas telah meningkat ke angka tertinggi sepanjang masa, yaitu 36,25 juta.
Pada umumnya populasi negara itu secara keseluruhan memang mengalami perlambatan signifikan.
BACA JUGA:Arsenal Tak Bisa Menahan Bek Serba Bisa dari Jepang Ini Hengkang dari Emirates
Tapi segmen mereka yang berusia 65 tahun ke atas telah tumbuh menjadi 29,3% dari populasi.
Penyebab dan dampak di balik angka kelahiran yang rendah dengan struktur demografi di Jepang. Foto: Liputan6.com--
Kepala ekonom di Morgan Stanley MUFG Securities, Robert Feldman mengatakan, hal tersebut bisa memicu kekhawatiran lebih lanjut soal pergeseran demografi dan kurangnya tenaga kerja.
Sebuah survei dari Teikoku Databank bulan lalu juga menunjukkan bahwa 51% perusahaan di seluruh sektor di Jepang merasa ada kekurangan karyawan penuh waktu.
"Kelangkaan tenaga kerja sama buruknya seperti sebelumnya," Ujar Feldman.
BACA JUGA:APPI Tegas: Oknum Pemagang dan PMI di Jepang yang Terlibat Geng Harus Disanksi
"Saat para pekerja lanjut usia ini mulai pensiun dari dunia kerja, tidak akan ada jumlah pekerja muda yang sama yang menggantikan mereka," Lanjutnya.
Pada tahun 2023 jumlah pekerja Jepang yang berusia 65 tahun ke atas meningkat selama 20 tahun berturut-turut hingga mencapai rekor 9,14 juta.