BACAKORAN.CO - Menteri Pertahanan Israel untuk pertama kalinya mengakui negaranya telah membunuh Pemimpin Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, pada Juli lalu.
Dia juga melontarkan ancaman ke Houthi di Yaman yang telah menembakkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel.
Haniyeh tewas di sebuah gedung tempat dia menginap di Teheran akibat serangan yang secara luas dikaitkan dengan Israel.
Hal itu terjadi setelah seorang pejabat senior Palestina mengatakan kepada BBC bahwa pembicaraan antara Hamas dan Israel telah 90% selesai.
BACA JUGA:Israel Sebut Yaman Bukan Lawan Biasa Imbas Serangan Rudal Tembus Pertahanan Israel
Tetapi masalah-masalah utama masih ada, Katz mengatakan Israel akan 'menyerang keras' Houthi dan 'memenggal' para pemimpinnya.
"Seperti yang kami lakukan terhadap Haniyeh, [Yahya] Sinwar, dan [Hassan] Nasrallah di Teheran, Gaza, dan Lebanon, kami akan melakukannya di Hodeida dan Sanaa," katanya, merujuk pada para pemimpin Hizbullah dan Hamas yang semuanya telah terbunuh tahun ini.
Haniyeh (62) secara luas dianggap sebagai pemimpin Hamas secara keseluruhan dan memainkan peran kunci dalam negosiasi yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Setelah pembunuhannya, Hamas menunjuk Yahya Sinwar, pemimpinnya di Gaza dan salah satu arsitek utama serangan 7 Oktober 2023, sebagai pemimpin keseluruhan kelompok tersebut.
BACA JUGA:Konflik Gaza Memanas: 35 Nyawa Melayang dalam Gempuran Terbaru Israel, Termasuk Anak-Anak
Sinwar kemudian dibunuh oleh militer Israel dalam sebuah pertemuan tak sengaja di Gaza pada bulan Oktober 2024 dan kelompok tersebut masih dalam proses memilih pemimpin baru.
Sementara itu, Hassan Nasrallah adalah pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran.
Nasrallah dibunuh di Beirut, Lebanon, pada September 2024 ketika Israel secara dramatis meningkatkan serangan militernya melawan Hizbullah.