Tragedi ini sekaligus menjadi peringatan keras bagi TNI AL untuk memperkuat aspek keselamatan dalam latihan dan operasi udara.
Peristiwa ini juga membuka diskusi internal tentang prosedur keselamatan dalam penerjunan militer, terutama pada operasi udara di area laut yang memiliki risiko tinggi.
BACA JUGA:Menggema di SICC, Segini Harga Tiket Mariah Carey, Catat Jadwalnya!
BACA JUGA:Program MBG Jadi Sebab Keracunan Masal, BGN Terheran-heran: Tidak Mungkin Masak Ada Racun!
Beberapa pengamat menilai, evaluasi menyeluruh terhadap peralatan dan standar penerjunan harus segera dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang.
Kecelakaan ini terjadi hanya berselang dua bulan setelah peresmian Detasemen Intai Para Amfibi (Denipam) menggantikan Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) pada Agustus 2025.
Unit ini merupakan satuan baru hasil restrukturisasi Korps Marinir yang berfokus pada operasi lintas udara dan amfibi, dengan tingkat risiko dan mobilitas yang tinggi.
Tragedi di langit Teluk Jakarta ini menjadi catatan pilu menjelang perayaan HUT ke-80 TNI.
Di balik gegap gempita perayaan kekuatan militer, tersimpan kisah pengorbanan seorang prajurit yang rela menukar nyawanya demi tugas negara.
BACA JUGA:Israel Cegat Rudal dari Houthi Yaman, Sirine Peringatan Menggema di Langit
BACA JUGA:Wali Kota Tegaskan 98 Dapur SPPG Diawasi Ketat, Upaya MBG Jangkau 150 Ribu Siswa Palembang
Semoga Praka Marinir Zaenal Mutaqim mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga TNI semakin kuat dengan semangat evaluasi, profesionalisme, serta komitmen terhadap keselamatan yang lebih baik ke depan.