Fiqih Islam, Jangan Merasa Paling Benar Dalam Menentukan Keputusan

Fiiqih Islam, Jangan Merasa Paling benar--

BACAKORAN.CO - Dalam ajaran Islam, untuk menentukan keputusan sangat dianjurkan dengan bermusyawarah.

Merasa paling benar dan enggan  menerima nasehat dari orang lain adalah  tanda  bahwa hati kita tengah bermasalah.

Maka, saat  ke-ego-an diri datang  menghampiri ketika tengah mendapat kritikan ataupun teguran dari sesama, hendaklah renungkanlah secara  bijak.

Karena bisa jadi saat itu  hati kita tengah terjangkit penyakit yang pada akhirnya merugikan kita dalam menghamba pada Allah.

Hati-hatilah  saat  dirimu merasa  paling  benar, apalagi sampai egois menyalahkan orang lain terus  menerus  tanpa alasan yang pasti.

BACA JUGA:Pasti Berhasil ‘Ajian Lembu Sekilan Versi Islam: Tingkatkan Perlindungan Anda’

Sebab, tak  sedikit  dari kita yang merasa  'sok'  segala-galanya, sehingga sikap dan perilaku orang lain seakan-akan tak pernah sekalipun benar.

Hati kita mungkin telah mati akan kasih sayang bila  sudah  tak peduli  pada  ia  yang  berusaha baik kepada diri kita.

Karena  bila  hati  sudah terbiasa  keras  seperti itu, maka  artinya hati kita telah sulit  menerima hidayah  Allah,  sebab  apa?   

Sebab adanya penyakit hati yang tengah menyelimuti hati.

Kita  bisa refleksikan diri, dari hadits  riwayat sahabat Ibnu Mas’ud, Rasulullah  bersabda:

إنَّ من أكبر الذنب، أن يقول الرجل لأخيه: اتق الله فيقول: عليك نفسك أنت تأمرني؟

“Sesungguhnya   termasuk   dosa   yang  paling besar adalah ketika seseorang berkata  kepada saudaranya,  “Takutlah  kepada  Allah,”  lalu  dia menjawab  saudaranya  itu:  “Urus  saja  dirimu. Aku pula yang kamu suruh.” [HR Baihaqi]

BACA JUGA:Mitos! Larangan Bepergian Hari Sabtu dalam Islam: Fakta dalam Pandangan Islami

Fiqih Islam, Jangan Merasa Paling Benar Dalam Menentukan Keputusan

Reno Irawan

Reno Irawan


bacakoran.co - dalam ajaran , untuk menentukan keputusan sangat dianjurkan dengan bermusyawarah.

merasa paling benar dan enggan  menerima nasehat dari orang lain adalah  tanda  bahwa hati kita tengah bermasalah.

maka, saat  ke-ego-an diri datang  menghampiri ketika tengah mendapat kritikan ataupun teguran dari sesama, hendaklah renungkanlah secara  bijak.

karena bisa jadi saat itu  hati kita tengah terjangkit penyakit yang pada akhirnya merugikan kita dalam menghamba pada

hati-hatilah  saat  dirimu merasa  paling  benar, apalagi sampai egois menyalahkan orang lain terus  menerus  tanpa alasan yang pasti.

sebab, tak  sedikit  dari kita yang merasa  'sok'  segala-galanya, sehingga sikap dan perilaku orang lain seakan-akan tak pernah sekalipun benar.

hati kita mungkin telah mati akan kasih sayang bila  sudah  tak peduli  pada  ia  yang  berusaha baik kepada diri kita.

karena  bila  hati  sudah terbiasa  keras  seperti itu, maka  artinya hati kita telah sulit  menerima hidayah  allah,  sebab  apa?   

sebab adanya penyakit hati yang tengah menyelimuti hati.

kita  bisa refleksikan diri, dari hadits  riwayat sahabat ibnu mas’ud, rasulullah  bersabda:

إنَّ من أكبر الذنب، أن يقول الرجل لأخيه: اتق الله فيقول: عليك نفسك أنت تأمرني؟

“sesungguhnya   termasuk   dosa   yang  paling besar adalah ketika seseorang berkata  kepada saudaranya,  “takutlah  kepada  allah,”  lalu  dia menjawab  saudaranya  itu:  “urus  saja  dirimu. aku pula yang kamu suruh.” [hr baihaqi]

karena   salah  satu  bukti  hati telah mati itu adalah ketika hati kita marah apabila ada orang lain tengah  memberitahu  sebuah   kebenaran ataupun kebaikan kepada diri kita, hati  seakan-akan  tak terima bila ada orang lain lebih  benar dari kita.

padahal bila kita bijaksana dalam menjaga hati, harusnya kita sangat bersyukur saat orang  lain masih   peduli   pada   hidup   yang   kita  jalani, karena nasehat adalah bukti kasih sayang.

tetapi   saat   hati  sedang   bermasalah,   maka tentu  ia tidak akan mau dibenarkan kesalahannya,  ia  akan membenci saat  ditegur.

dan  ia  tidak   akan terima   bila  diberitahukan kesalahannya dalam  sebuah nasehat, sebab apa?

sebab   penyakit  sombong  telah  menyelimuti hatinya. 

karena hanya orang-orang yang mempunyai  sifat  sombong  di hati yang selalu merasa paling benar dengan sendirinya.

serta  parahnya lagi, bila  hati sudah  diselimuti oleh  penyakit  ini (sombong), maka  hati  akan kembali   merasa  bahagia  bila  pujian datang melenakannya.

padahal  harusnya  kita  tahu  bahwa  puji  yang sebenarnya  hanya milik allah . 

iya, allah yang   berhak atas pujian  itu, sebab  apa-apa yang ada di diri kita adalah pinjaman dari-nya.

maka,  salah  besar  bila  dalam  hidup  ini kita sombong, tidak  mau  mendengar nasehat  baik orang lain,  dan  enggan bermuhasabah  diri.

karena  bila  kita tak lakukan semua itu,  artinya kita telah seadanya  menjalankan  amanah  dari sang khalik.

wallahu a'lam *

Tag
Share