bacakoran.co – setiap kepala daerah dan anggota legislative dalam kampanye saat pencalonannya selalu bercita-cita menajukan pendidikan di wilayahnya.
namun setelah terpilih terkadang cita-cita itu tak sejalan dengan kebijakan dan pembangunan yang mereka lakukan.
misalnya saja di kota prabumulih, sumatera selatan, kota yang di sebut-sebut mampu membangun ratusan rumah komunitas untuk warga kurang mampu dan pemasangan jaringan gas rumah tangga hingga ke pelosok desa.
ternyata di kota itu hingga saat ini masih banyak sekolah dasar (sd) negeri yang menumpang belajar di gedung sekolah lain.
akibatnya, siswa sekolah itu harus secara bergantian menempati ruang kelas.
bahkan kondisi ini informasinya sudah terjadi bertahun-tahun lamanya dan sudah beberapakali berganti kepala daerah dan anggota legislatif.
belum ada terobosan dan keputusan penting dari eksekutif dan legislatif untuk menuntaskan masalah itu.
"sampai saat ini, masih ada 36 sekolah dasar (sd) yang berada dalam satu komplek. diantaranya masih banyak yang menumpang," ujar kepala
dinas pendidikan (kadisdik) pemkot prabumulih, ridwan spd melalui kabid pembinaan sekolah dasar, kurnia pratama spd, dibincangi belum lama ini.
lebih lanjut, kurnia pratama mengatakan, ada 3 sd yang menumpang di bangunan sekolah lainnya. sekoah tersebut yaitu sd negeri 42 kota prabumulih menumpang di sdn 30 prabumulih.
kemudian sdn 44 dan sdn 36 yang juga menumpang di bangunan sdn 9 dan sdn 26.
pihaknya prihatin lantaran adanya sekolah menumpang tersebut membuat anak sekolah terpaksa harus dibagi jadwal masuk jam pelajaran yakni di waktu siang hari dan pagi hari.
"saat ini di kota prabumulih banyak sekolah tergabung di satu komplek, satu bangunan bahkan ada 5 sekolah dasar, ada yang 4 sekolah dan ada yang 3 sekolah," bebernya.
kondisi tersebut sudah pernah diusulkan ke dprd prabumulih agar sekolah yang berada di dalam satu komplek dilebur menjadi satu sekolah saja.
sehingga tidak banyak sekolah tapi bangunan hanya satu.
"tapi dulu tidak berhasil karena banyak pertimbangan, seperti dana bos, kepala sekolah dan faktor lainnya sehingga tidak disetujui," bebernya.
sementara kata kurnia, untuk membangun gedung baru atau sekolah baru pihaknya terkendala lahan.
meskipun ada harga tidak sesuai dengan njop kota prabumulih. "rata-rata sekolah dasar banyak dalam satu komplek itu berada di tengah kota sehingga tidak ada lagi lahan. untuk membeli lahan membangun sekolah baru, warga menjual tanah jauh diatas njop," katanya.
untuk membangun di tempat yang jauh, pertimbangannya orang tua siswa tidak mau memindahkan anak dikarenakan jarak tempuh dan biaya.(chy)