bacakoran.co

Pengajar Ngaji di Desa Adalah Guru Besar, Jangan Rendahkan, Ini Kata Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdor

Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdor Qodim Ponpes Nurul Iman Probolinggo Jawa Timur--

BACAKORAN.CO – Seringkali orang merendahkan orang yang mengajarkan ngaji anak-anak di desa. Mereka menganggap guru ngaji itu tidak punya ilmu agama yang banyak sehingga tidak pantas di hargai.

Ada juga yang beranggapan jika guru ngaji di desa atau kampung tidak punya majelis taklim, pondok pesantren atau media sosial yang followernya jutaan sehingga  di pandang sebelah mata.

Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdor ketika ditanya jamaahnya soal bolehkah menjadikan guru ngaji di desa sebagai panutan yang di takzimi karena desanya jauh dari para habaib ataupun guru-guru besar ataupun pondok pesantren mengatakan bahwa dia kurang setuju dengan kesan merendahkan guru ngaji di desa.

“Guru ngaji itu adalah guru yang sangat istimewa, mereka yang mengenalkan kita kepada al-qur'anul Karim,”jelas  Qodim Pondok Pesantren Nurul Iman Probolinggo Jawa Timur itu.

BACA JUGA:Keajaiban Sumur Adzaq tak Pernah Kering 1400 Tahun, Barakah Rasulullah Hijrah Mekkah ke Madinah,ini Kisahnya!

“Bahkan kata dia dikatakan oleh sebagian Aulia,  kunu rabbaniiyiin,  Jadilah kamu rabbaniiyiin,  orang yang ngajari anak-anak kecil al-quran, doa-doa,  huruf-huruf hijaiah ini adalah rabbaniiyiin manusia-manusia mMulia,”urainya

Dia juga menegaskan tidak sependapat dengan anggapan guru besar guru kecil. Menurutnya semua guru yang mengajarkan kebaikan adalah guru besar. “Semua guru itu besar. Yang mengajarkan kita satu huruf itu adalah guru kita dan guru besar,  enggak ada guru kecil,”katanya.

Lalu kata dia jika yang dimaksud dengan guru besar itu adalah pembimbing kepada Allah, maka itu siapa saja yang memenuhi syarat. Menurutnya ada  3 macam guru yaitu guru litabarruk,  guru lisuluk dan guru tahkim.

“Ada guru itu untuk berkah kita dengarkan ceramahnya, kita dengarkan nasihatnya, kita ambil ilmunya guru berkah dan rata-rata guru yang ada adalah guru berkah,”jelasnya.  Kemudian kata dia ada guru lisuluk untuk salik kepada Allah.

BACA JUGA:Masuk Masjid Langsung Duduk, Masih Bolehkah Sholat Tahyatul Masjid?, Simak Penjelasan Ustadzah Cantik Ini

Selanjutnya ada guru tahkim guru yang kita pasrahkan semuanya kepada dia karena dia yang akan membawa kita ke Allah.

“Nah ini guru yang membawa kita ke Allah, kalau memang ada guru besar dialah,  walaupun semua guru besar,”tuturnya.

Maka kata dia,  guru ngaji itu bisa jadi guru yang pertama, bisa jadi guru yang kedua bisa jadi guru yang ketiga. “Berapa banyak dahulu orang yang ngajar ngaji itu di mushola Wali Min Aauliaillah dia guru ngaji dan dia guru besar. Pantas kita berikan semua yang kita miliki kepada beliau untuk membimbing kita ke Allah, subhanahu wa taala,”tegasya.

Demikian juga guru yang santrinya puluhan ribu mungkin majelisnya puluhan ribu, mungkin sangat viral di media mungkin  follower-nya jutaan  itu,  bisa menjadi guru yang pertama bisa menjadi guru yang kedua bisa menjadi guru yang ketiga.

Pengajar Ngaji di Desa Adalah Guru Besar, Jangan Rendahkan, Ini Kata Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdor

Doni Bae

Doni Bae


bacakoran.co – seringkali orang merendahkan orang yang mengajarkan ngaji anak-anak di desa. mereka menganggap itu tidak punya ilmu agama yang banyak sehingga tidak pantas di hargai.

ada juga yang beranggapan jika guru ngaji di desa atau kampung tidak punya majelis taklim, pondok pesantren atau media sosial yang followernya jutaan sehingga  di pandang sebelah mata.

ketika ditanya jamaahnya soal bolehkah menjadikan guru ngaji di desa sebagai panutan yang di takzimi karena desanya jauh dari para habaib ataupun guru-guru besar ataupun pondok pesantren mengatakan bahwa dia kurang setuju dengan kesan merendahkan guru ngaji di desa.

“guru ngaji itu adalah guru yang sangat istimewa, mereka yang mengenalkan kita kepada ”jelas  qodim probolinggo jawa timur itu.

“bahkan kata dia dikatakan oleh sebagian aulia,  kunu rabbaniiyiin,  jadilah kamu rabbaniiyiin,  orang yang ngajari anak-anak kecil al-quran, doa-doa,  huruf-huruf hijaiah ini adalah rabbaniiyiin manusia-manusia mmulia,”urainya

dia juga menegaskan tidak sependapat dengan anggapan guru besar guru kecil. menurutnya semua guru yang mengajarkan kebaikan adalah guru besar. “semua guru itu besar. yang mengajarkan kita satu huruf itu adalah guru kita dan guru besar,  enggak ada guru kecil,”katanya.

lalu kata dia jika yang dimaksud dengan guru besar itu adalah pembimbing kepada allah, maka itu siapa saja yang memenuhi syarat. menurutnya ada  3 macam guru yaitu guru litabarruk,  guru lisuluk dan guru tahkim.

“ada guru itu untuk berkah kita dengarkan ceramahnya, kita dengarkan nasihatnya, kita ambil ilmunya guru berkah dan rata-rata guru yang ada adalah guru berkah,”jelasnya.  kemudian kata dia ada guru lisuluk untuk salik kepada allah.

selanjutnya ada guru tahkim guru yang kita pasrahkan semuanya kepada dia karena dia yang akan membawa kita ke allah.

“nah ini guru yang membawa kita ke allah, kalau memang ada guru besar dialah,  walaupun semua guru besar,”tuturnya.

maka kata dia,  guru ngaji itu bisa jadi guru yang pertama, bisa jadi guru yang kedua bisa jadi guru yang ketiga. “berapa banyak dahulu orang yang ngajar ngaji itu di mushola wali min aauliaillah dia guru ngaji dan dia guru besar. pantas kita berikan semua yang kita miliki kepada beliau untuk membimbing kita ke allah, subhanahu wa taala,”tegasya.

demikian juga guru yang santrinya puluhan ribu mungkin majelisnya puluhan ribu, mungkin sangat viral di media mungkin  follower-nya jutaan  itu,  bisa menjadi guru yang pertama bisa menjadi guru yang kedua bisa menjadi guru yang ketiga.

“jadi untuk menjadi guru tabarruk untuk menjadi guru suluk untuk menjadi guru tahkim yang menyampaikan kepada allah, tidak ada hubungannya dengan di langgar di mushola di masjid di pondok di media sosial, enggak ada hubungannya,”ulasnya.

hakekatnya kata habib hasan, yang memenuhi syarat untuk menjadi guru tahkim atau tidak adalah ilmu agamanya yang cukup, istiqamah yang hebat, khasiyatullah, wasius shadr wawasan yang luas dan hati betul-betul menyatu dengan beliau.

“kalau menemukan guru yang semacam itu,  serahkan diri kita dan semuanya kepadanya,”ucapnya.

tapi jika tidak memenuhi syarat sebagai guru tahkim, ilmunya sangat-sangat terbatas, istikamahnya kadang-kadang istiqamah kadang-kadang tidak dan tidak terlihat khasiyahtullah subhanahu wa taala yang di wajahnya,  kemudian hati kita tidak nyambung 100% dengan dia maka kata habib hasan walaupun dia followernya jutaan pengikutnya jutaan, dia bukan guru besar kita dia bukan guru tahkim.

“mudah-mudahan allah membimbing kita kepada guru yang menyampaikan kita kepada allah subhanahu wa taala,”katanya.

“husnudzan kepada semua guru,  takzim kepada semua guru,  ambil berkah semua guru yang membuat kita semakin dekat dengan allah subhanahu wa taala,”pungkasnya.(*)

Tag
Share