Pengajar Ngaji di Desa Adalah Guru Besar, Jangan Rendahkan, Ini Kata Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdor
Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdor Qodim Ponpes Nurul Iman Probolinggo Jawa Timur--
BACAKORAN.CO – Seringkali orang merendahkan orang yang mengajarkan ngaji anak-anak di desa. Mereka menganggap guru ngaji itu tidak punya ilmu agama yang banyak sehingga tidak pantas di hargai.
Ada juga yang beranggapan jika guru ngaji di desa atau kampung tidak punya majelis taklim, pondok pesantren atau media sosial yang followernya jutaan sehingga di pandang sebelah mata.
Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdor ketika ditanya jamaahnya soal bolehkah menjadikan guru ngaji di desa sebagai panutan yang di takzimi karena desanya jauh dari para habaib ataupun guru-guru besar ataupun pondok pesantren mengatakan bahwa dia kurang setuju dengan kesan merendahkan guru ngaji di desa.
“Guru ngaji itu adalah guru yang sangat istimewa, mereka yang mengenalkan kita kepada al-qur'anul Karim,”jelas Qodim Pondok Pesantren Nurul Iman Probolinggo Jawa Timur itu.
“Bahkan kata dia dikatakan oleh sebagian Aulia, kunu rabbaniiyiin, Jadilah kamu rabbaniiyiin, orang yang ngajari anak-anak kecil al-quran, doa-doa, huruf-huruf hijaiah ini adalah rabbaniiyiin manusia-manusia mMulia,”urainya
Dia juga menegaskan tidak sependapat dengan anggapan guru besar guru kecil. Menurutnya semua guru yang mengajarkan kebaikan adalah guru besar. “Semua guru itu besar. Yang mengajarkan kita satu huruf itu adalah guru kita dan guru besar, enggak ada guru kecil,”katanya.
Lalu kata dia jika yang dimaksud dengan guru besar itu adalah pembimbing kepada Allah, maka itu siapa saja yang memenuhi syarat. Menurutnya ada 3 macam guru yaitu guru litabarruk, guru lisuluk dan guru tahkim.
“Ada guru itu untuk berkah kita dengarkan ceramahnya, kita dengarkan nasihatnya, kita ambil ilmunya guru berkah dan rata-rata guru yang ada adalah guru berkah,”jelasnya. Kemudian kata dia ada guru lisuluk untuk salik kepada Allah.
Selanjutnya ada guru tahkim guru yang kita pasrahkan semuanya kepada dia karena dia yang akan membawa kita ke Allah.
“Nah ini guru yang membawa kita ke Allah, kalau memang ada guru besar dialah, walaupun semua guru besar,”tuturnya.
Maka kata dia, guru ngaji itu bisa jadi guru yang pertama, bisa jadi guru yang kedua bisa jadi guru yang ketiga. “Berapa banyak dahulu orang yang ngajar ngaji itu di mushola Wali Min Aauliaillah dia guru ngaji dan dia guru besar. Pantas kita berikan semua yang kita miliki kepada beliau untuk membimbing kita ke Allah, subhanahu wa taala,”tegasya.
Demikian juga guru yang santrinya puluhan ribu mungkin majelisnya puluhan ribu, mungkin sangat viral di media mungkin follower-nya jutaan itu, bisa menjadi guru yang pertama bisa menjadi guru yang kedua bisa menjadi guru yang ketiga.