bacakoran.co – sejumlah atau naskah kuno yaitu yang tersebar di sumatera selatan, umumya di tulis menggunakan huruf arab melayu atau jawi. namun tidak sedikit yang ditulis dengan atau disebut juga aksara kaganga.
di sumatera selatan, naskah kuno yang menggunakan aksara ulu tersebut informasinya di temukan di kabupaten muara enim, ogan komering ulu (oku) selatan, oku timur dan kota pagaralam.
tentu saja bentuk aksara yang tidak lagi banyak dikenal masyarakat itu membuat masyarakat kesulitan untuk membaca dan memahami naskah tulisan tangan yang usianya sudah di atas 50 tahun yang ditemukan.
terlebih penggunaan aaksara ulu tersebut tidak lagi di pelajari secara formal di sekolah atau lembaga pendidikan.
belum lagi kendala bahasa daerah yang sering digunakan dalam naskah kuno yang ditulis menggunakan aksara tersebut.
karena itulah , sumatera selatan memberikan bimbingan teknis (bimtek) membaca dan menulis aksara ulu. kegiatan itu digelar hotel griya serasan sekundang, muara enim, rabu 15 november 2023.
informasinya sejumlah naskah kuno yang ditemukan di kabupaten itu ditulis menggunakan aksara ulu.
kegiatan itu menggandeng fakultas adab dan humaniora universitas islam negeri (uin) raden fatah palembang.
kegiatan itu menghadirkan pembicara, dosen filologi sekaligus wakil dekan ii
asisten i bidang pemerintahan dan kesra kabupaten muara enim, emran tabrani msi ketika membuka acara mengatakan bahwa aksara ulu mempunyai nilai kebudayaan nasional, sejarah dan juga ilmu pengetahuan.
menurutnya, sebagai generasi penerus perlu memahami perjalanan sejarah, sehingga perlu dipahami dan kemudian diperkenalkan ke khalayak luas terutama anak anak didik di sekolah.
"jadi generasi saat ini harus tahu sejarah dari zaman penjajahan hingga bisa merdeka saat ini," terangnya.
lanjutnya, aksara ulu merupakan alat komunikasi pada zaman dahulu dan berlaku secara umum di sumsel termasuk di kabupaten muara enim.
"mari kita inventarisir dan adakan pendekatan dengan yang memiliki naskah kuno aksara ulu,”katanya. “inilah peran pemda dalam menjaga kebudayaan,”imbuhnya.
dia mengatakan, naskah kuno bisa dikemas sedemikian rupa dengan menyiapkan tempat agar tidak rusak dan bisa dilihat publik.
“karena banyak nasah kuno itu isinya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, bisa juga menjadi daya tarik wisata budaya," bebernya.
kepala dinas perpustakaan dan kearsipan kabupaten muara enim, panca surya diharta mengatakan dalam bimtek ini diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri dari guru sd, opd terkait, penggiat literasi, pemegang naskah kuno dan pustakawan.
"kedepannya kita juga akan mengundang guru smp karena direncanakan aksara ulu ini dimasukan sebagai muatan lokal," tuturnya.
nara sumber kegiatan itu dr nyimas umi kalsum sag mhum mengatakan bahwa aksara ulu itu sudah ada sejak abad ke 14.
"penulisannya biasanya di lakukan di batu, bambu, kulit kayu, bahkan juga ada yang di rotan," terangnya.
menurutnya, masyarakat yang memiliki naskah kuno menggunakan aksara ulu seringkali menganggap naskah kuno itu warisan turun temurun yang tidak boleh disentuh, dibuka maupun dibaca orang lain.
ketika ditanya isinya, pewaris seringkali mereka tidak paham. "dan karena disimpan, diwariskan dari generasi dan generasi kadang dianggap keramat," ungkapnya.
“padahal ketika dibaca isinya adakalanya adalah soal pertanian, bercocok tanam, perubahan musim dan lainnya,”ujarnya.
dia juga mengatakan naskah kuno yang ditulis dengan aksara ulu bukan seluruhnya hal-hal yang berbau mistis.
“terkadang isinya soal obat-obatan, batas batas wilayah, syair, sejarah dan lainnya,”ucap dosen yang juga ketua (manasa) cabang sumatera selatan itu.
nyimas umi kalsum mengaku bangga dengan sejumlah kabupaten kota seperti kabupaten muara enim yang sudah memberi perhatian kepada pelestarian naskah kuno.
“kegiatan ini juga sebagai implementasi pelestarian naskah kuno dan implementasi kerjasama fakultas adab dan humaniora uin raden fatah dengan pemkab muara enim,”jelasnya.
yunar (53) salah seorang pemilik naskah kuno aksara uulu mengatakan bahwa yang disimpannya saat ini merupakan warisan turun temurun dari puyang.
"itu ada sejak 1786 ditulis oleh puyang memenguk. saya sendiri sudah generasi kelima,”ujarnya.
selain yang dibawanya dalam acara itu, yunar mengaku saat ini masih ada lagi dalam bentuk lain yang tidak bisa dibeberkannya.
“ini warisan budaya yang seharusnya kita bangga memilikinya," pungkasnya. (way/ozi)