Guna Hadapi Krisis Iklim, Jhosep Stiglitz: Negara Miskin Butuh Bantuan Ekonomi Ramah Lingkungan
Pertemuan tahunan IMF di Marrakesh, di mana ia mengusulkan alokasi dana sebesar 300 miliar dolar per tahun dari IMF untuk membantu negara-negara miskin dalam melawan krisis iklim. --
BACAKORAN.CO-Negara-negara miskin harus diberikan 300 miliar dolar (sekitar Rp 480 triliun) per tahun dari Dana Moneter Internasional untuk membiayai perjuangan mereka melawan krisis iklim.
Besaran dana yang dibutuhkan negara miskin untuk atasi krisis iklim ini disampaikan ekonom pemenang hadiah Nobel Joseph Stiglitz.
Stiglitz mengatakan perjuangan melawan pemanasan global dan krisis iklim hanya akan dimenangkan jika negara-negara miskin dilibatkan dalam upaya ini.
Namun tidak ada harapan bagi mereka untuk melakukan tindakan serupa, yang menurutnya mahal dan sulit namun berhasil.
BACA JUGA:KH Anwar Iskandar Ditetapkan Sebagai Ketua Umum MUI, Wapres: Laju MUI Harus Seperti Kereta Cepat
Sebaliknya, ia mengatakan negara-negara kaya harus mendukung pembentukan hak penarikan khusus (SDR) IMF senilai 300 miliar dolar setiap tahun untuk membiayai transisi ramah lingkungan global.
Berbicara kepada Guardian pada pertemuan tahunan IMF di Marrakesh, Stiglitz mengatakan negara-negara berkembang membutuhkan paket hibah dan subsidi yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan ramah lingkungan dan lapangan kerja.
Ekonom AS ini mengakui bahwa mustahil untuk menyampaikan rencananya tersebut ke Kongres AS dalam keadaan yang menemui jalan buntu saat ini, namun ia mengatakan ia akan terus berkampanye untuk hal tersebut.
“Ketika skala perubahan iklim semakin berdampak pada kita, kita memerlukan hal-hal yang lebih berani.
BACA JUGA:Harga Karet Naik, Dilatarbelakangi Beberapa Faktor, Berikut Penjelasan Disbun..
Alokasi SDR tahunan ini adalah salah satu cara untuk melakukannya.” tandasnya
Kebutuhan dana tambahan untuk membantu negara miskin mengatasi dampak krisis iklim dengan melakukan dekarbonisasi perekonomian dunia menjadi agenda utama pada pertemuan tahunan IMF dan organisasi kembarnya, Bank Dunia, di Maroko Oktober lalu.
Dilansir dari The Guardian, mantan kepala ekonom Bank Dunia ini mengatakan, ia menyambut baik rencana untuk menyediakan lebih banyak modal bagi bank tersebut untuk memberikan pinjaman bagi proyek-proyek ramah lingkungan.
Namun Stiglitz mengatakan diperlukan pendekatan yang jauh lebih ambisius.