Data Ekonomi AS Rilis Pekan Depan, Rupiah Makin Loyo?
Ilustrasi pergerakan Rupiah terhadap Dolar AS--
BACAKORAN.CO – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi serangkaian data ekonomi Negeri Paman Sam yang akan dirilis pekan depan.
Di antaranya yakni data PDB AS kuartal III/2023 yang rilis pada Rabu (29/11/2023), data klaim tunjangan pengangguran, data indikator inflasi PCE Price Index, dan data perumahan.
Berdasarkan data Bloomberg, tercatat rupiah melemah 0,08 persen atau 12 poin ke level Rp15.565 per USD pada penutupan perdagangan Jumat (24/11/2023).
Nasib serupa dialami indeks dolar AS juga turun 0,20 persen atau 0,21 poin ke 103,71.
BACA JUGA:Rupiah Bak Roller Coaster, Saatnya Beli atau Jual Dolar?
Menurut Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra pergerakan rupiah melawan dolar AS bisa bergantian melemah atau menguat.
“Tergantung hasil data ekonomi AS yang dirilis malam harinya,” ujarnya.
Rupiah diprediksi akan diperdagangkan di kisaran Rp15.450 hingga Rp15.700 pada pekan depan.
Ekspektasi pasar soal kebijakan suku bunga acuan AS, kata Ariston, masih menjadi sentimen penggerak dolar AS terhadap nilai tukar rupiah.
BACA JUGA:Langkah BI Ini Berhasil Buat Rupiah Kembali Perkasa Hajar Dolar AS
Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) belum membuka peluang pemangkasan suku bunga dan masih memproyeksikan kenaikan karena tingkat inflasi AS belum turun ke level target 2 persen.
Hal tersebut, terangnya, berpotensi mendukung penguatan dolar AS.
Di sisi lain, seiring dengan tingkat inflasi AS yang semakin turun dan beberapa data ekonomi AS dirilis di bawah perkiraan pasar, ekspektasi datangnya kebijakan pemangkasan mulai berkembang di pasar.
Hal itu juga memberikan tekanan ke dolar AS.
BACA JUGA:Tren Menguat, Rupiah Hajar Dolar AS Diperkirakan Lanjut Pekan Depan
Di akhir tahun, terang Ariston, kemungkinan besar The Fed masih mempertahankan suku bunganya di angka yang sama.
Itu dengan catatan bila data ekonomi AS tidak mengalami perubahan besar.
Terpisah, Analis Pasar Uang Lukman Leong menjelaskan bahwa selain data ekonomi AS, nilai tukar rupiah pun akan dipengaruhi data PMI Manufaktur Caixin China dan data inflasi RI November 2023 yang akan dirilis bersamaan pada Jumat, (1/12/2023).
Arah pergerakan rupiah akan bergantung pada data-data tersebut.
BACA JUGA:Rupiah Meroket, Transaksi Dolar di Money Changer Malah Lesu, Apa Penyebabnya?
“BI dan The Fed keduanya memberikan statement cukup hawkish minggu ini,” tuturnya.
Rupiah diprediksi di kisaran Rp15.500 hingga Rp15.700.
Meski The Fed lebih hawkish dari ekspektasi pada risalah pertemuan FOMC pekan ini, namun prospek bank sentral AS itu untuk menaikkan suku bunga masih tidak banyak berubah, baik di tahun ini maupun tahun 2024.
Investor meyakini apabila tingkat suku bunga The Fed sekarang yang berkisar 5,25 - 5,5 persen sudah berada pada puncaknya.