Rupiah Bak Roller Coaster, Saatnya Beli atau Jual Dolar?
Ilustrasi nilai tukar rupiah menguat--
BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah bak roller coaster, bergerak naik turun dalam dua pekan terakhir.
Jika pada pekan pertama November 2023 lalu, nilai tukar mata uang Garuda menguat 0,81 persen ke Rp15.727 per USD pada penutupan perdagangan Jumat (3/11/23).
Bahkan saat itu rupiah menjadi salah satu mata uang yang paling kuat di Asia.
Maka kondisi sebaliknya terjadi pada pekan lalu.
BACA JUGA:Rupiah Ambruk ke Rp15.653 per USD, IHSG Loyo di Akhir Pekan
Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Sekitar (AS), meski hanya menguat sekali dan terkoreksi dalam empat hari perdagangan.
Rupiah ditutup melemah 40 poin atau minus 0,26 persen di level Rp15.695 per USD pada penutupan perdagangan Jumat (10/11/2023) sore.
Sedangkan kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) ditutup pada posisi Rp15.653 per USD.
Lantas bagaimana nasib rupiah pekan depan?
BACA JUGA:Waspada! Rupiah Terus Melemah Bisa Tembus Rp 16 ribu per Dolar AS, Berikut Dampak Terjadi?
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah terjadi akibat pernyataan Kepala Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell bahwa masih terlalu dini untuk memastikan pihaknya sudah selesai dalam menangani inflasi.
Selain itu Powell juga menyatakan bahwa The Fed masih membuka ruang untuk menaikkan suku bunga acuannya.
Maka itu Josua memperkirakan bahwa pada pekan depan rupiah akan bergerak menguat seiring dengan proyeksi perlambatan inflasi AS, yang akan rilis pada Selasa (14/10/2023) malam.
Rupiah diprediksi berada pada kisaran Rp 15.600-Rp 15.725 per USD.
BACA JUGA:Tren Berlanjut, Rupiah Dibuka Perkasa ke Rp15.576
Diketahui, indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan saham sesi Jumat (10/11/2023) sore.
IHSG ditutup melemah 28,970 poin atau 0,42 persen ke posisi 6.809,263.
Sedangkan indeks LQ45 turun 6,314 poin atau 0,70 persen ke 901,716.
Sebanyak 184 saham naik, 333 saham turun, dan 227 saham stagnan.
BACA JUGA:Waspada! Rupiah Terus Melemah Bisa Tembus Rp 16 ribu per Dolar AS, Berikut Dampak Terjadi?
Frekuensi saham ditransaksikan sebanyak 993,991 kali dengan total volume perdagangan sebanyak 16,485 miliar saham senilai Rp 7,752 triliun.
Saham-saham penekan indeks atau top losers sore ini di antaranya Primarindo Asia Infrastructure (BIMA) turun 18 poin atau 13,64 persen ke 114; Surya Permata Andalan (NATO) turun 8 poin atau 7,27 persen ke 102; dan Bintang Samudera Mandiri Lines (BSML) turun 13 poin atau 7,22 persen) ke 167.
Berikutnya PAM Mineral (NICL) turun 16 poin atau 6,61 persen ke 226; dan Tripar Multivision Plus (RAAM) turun 35 poin atau 5,83 persen ke 565.
Menurut Analis Pasar Lukman Leong, rupiah dan mata uang Asia pada umumnya melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
BACA JUGA:Strategi Inovatif, Atasi Nilai Tukar Rupiah Yang Menurun
Pelemahan rupiah ini di tengah sentimen risk off di pasar oleh respons investor atas kode dari Ketua Bank SThe entral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell bahwa inflasi cukup sulit mencapai target yang ditetapkan.