2 Presiden Indonesia Pernah Diberi Gelar Adat Komering
Presiden Joko Widodo dan Mantan Presiden Megawati Sukarno Putri Pernah menerima Gelar Adat Komering. Foto: Ist--
BACA JUGA:Ribuan Manuscript Digital Tersimpan Disini, Ada Manuscript Palembang dan Ogan Komering Ilir
Acara ini berlangsung di Stadion Utama Gelora Sriwijaya, Jakabaring Palembang, pada 26 Juni 2004.
Gelar yang diterima Megawati, Nyimas Ratu Junjungan, mengandung makna seorang pemimpin yang menjadi tambatan hati nurani rakyat.
Sementara Taufiq Kiemas diberi gelar Buay Junjungan Raja, yang menunjukkan kepercayaan, pengayom, pembimbing, dan pendamping kepala negara.
Presiden keenam Indonesia, Joko Widodo, juga tidak luput dari penghormatan Suku Komering.
BACA JUGA:Resep Pindang Burung khas Ogan Komering Ilir, Nikmatnya Menggugah Selera
Ia diberi gelar Raja Balaq Mangku Negara, yang artinya raja besar pemangku negara.
Istri Presiden, Ibu Negara Iriana Jokowi, juga mendapat penghormatan dengan gelar Ratu Indoman, yang menggambarkan peran sebagai ratu yang mengayomi dan memberikan perlindungan bagi negara.
Menariknya, sejarah Gelar Adat Komering mencerminkan tidak hanya pengakuan atas keturunan, tetapi juga status sosial dan ekonomi pada masa lalu.
Gelar-gelar seperti "raja" menandakan kedudukan bangsawan dan kekayaan yang lebih.
Meskipun dalam konteks modern, hal ini mungkin telah mengalami perubahan, namun tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya yang dilestarikan dengan penuh kebanggaan.
BACA JUGA:Sempurnakan Kamus Bahasa Komering
Gelar Adat Komering adalah sebuah tradisi yang bermakna dan warisan turun temurun bagi Suku Komering.
Pemberian gelar ini tidak hanya menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat lokal, tetapi juga sebuah penghormatan istimewa bagi pemimpin negara.
Dua presiden Indonesia, Megawati Sukarno Putri dan Joko Widodo, menerima gelar ini dengan penuh kebanggaan, menjadi saksi hidup dari kekayaan budaya Indonesia yang terus berlanjut hingga saat ini.