Pergerakan Rupiah Pekan Depan, Apa Efek Keputusan The Fed Tahan Suku Bunga Masih Akan Berlanjut?

Rupiah diperkirakan akan lanjut menguat terhadap dolar AS pada pekan depan,pasca keputusan The Fed menahan suku bunga acuan.--freepik @jcomp

BACAKORAN.CO – Efek keputusan Federal Reserve System alias The Fed mempertahankan suku bunga acuan diyakini masih akan berlanjut terhadap penguatan nilai tukar rupiah.

Penguatan rupiah juga terjadi setelah bank sentral AS mengisyaratkan bakal memangkas suku bunga acuan setidaknya tiga kali pada tahun depan.

Nilai tukar mata uang Garuda dipekirakan akan bergerak positif di zona hijau pada perdagangan pekan ini.

Untuk informasi, rupiah ditutup menguat 1,01 persen ke posisi Rp15.502 per USD pada perdagangan Jumat (15/12/2023).

BACA JUGA:Mantap! Harga Emas Terus Melonjak, Naik Rp31.000 per gram Usai The Fed Isyaratkan Pangkas Suku Bunga

Sedangkan indeks dolar terpantau turun 0,26 persen ke posisi 102,200.

Adapun seluruh mata uang kawasan Asia lainnya melaju terhadap dolar AS.

Tercatat, Yen Jepang menguat 0,88 persen, dolar Hong Kong naik 0,02 persen, dolar Singapura terapresiasi 0,28 persen, won Korea naik 1,88 persen, dan peso Filipina melonjak 0,47 persen.

Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, Bank Sentral AS mengatakan bahwa suku bunga kini telah mencapai puncaknya pada 5,4 persen.

BACA JUGA:Rupiah Potensi Lanjut Perkasa Usai Kode Keras The Fed Pangkas Suku Bunga

The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga acuan setidaknya tiga kali pada tahun depan menjadi 4,6 persen.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan, meski terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi, ia masih memproyeksikan prospek inflasi yang lebih rendah pada tahun 2023.

Sinyal dovish bank sentral memicu meningkatnya spekulasi dari pelaku pasar mengenai kapan suku bunga akan mulai diturunkan.

Ketidakpastian mengenai penurunan suku bunga kemungkinan akan mengurangi optimisme dalam beberapa bulan mendatang.

BACA JUGA:Sinyal The Fed Turunkan Suku Bunga, Rupiah dan Mata Uang di Asia Hajar Dolar AS

Terutama karena kekuatan ekonomi Negeri Paman Sam masih dapat memicu peningkatan inflasi.

Data terkini menunjukkan inflasi indeks harga konsumen tetap stabil pada November.

“Sementara pasar tenaga kerja juga tetap kuat,” terangnya.

Diberitakan sebelumnya, Bank Sentral AS memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,25 - 5,50 persen.

BACA JUGA:Harga Minyak Makin Licin Imbas The Fed Tahan Suku Bunga, Begini Penjelasannya!

Bahkan, The Fed juga memberikan isyarat untuk memangkas suku bunga acuan setidaknya tiga kali tahun depan.

Keputusan The Fed menahan suku bunga acuan ini merupakan yang ketiga kalinya dalam tiga pertemuan terakhir.

Hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar.

Sebagai catatan, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023 sebelum menahannya pada September, November, dan Desember 2023.

BACA JUGA:Pasca The Fed Tahan Suku Bunga, IHSG dan Rupiah Kompak Perkasa

Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan jika inflasi sudah bergerak sesuai keinginan bank sentral.

Namun, dirinya mengingatkan jika inflasi masih tinggi.

Dimana upaya menurunkan inflasi ke target mereka yakni 2 persen bisa berubah dan masih belum pasti.

"Inflasi sudah melandai dari titik puncaknya tetapi tidak disertai dengan kenaikan signifikan pengangguran Ini adalah kabar yang sangat baik. Namun, inflasi masih terlalu tinggi," ujar Powell.

Pergerakan Rupiah Pekan Depan, Apa Efek Keputusan The Fed Tahan Suku Bunga Masih Akan Berlanjut?

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – efek keputusan federal reserve system alias mempertahankan suku bunga acuan diyakini masih akan berlanjut terhadap penguatan .

penguatan rupiah juga terjadi setelah bank sentral as mengisyaratkan bakal memangkas suku bunga acuan setidaknya tiga kali pada tahun depan.

nilai tukar mata uang garuda dipekirakan akan bergerak positif di zona hijau pada perdagangan pekan ini.

untuk informasi, rupiah ditutup menguat 1,01 persen ke posisi rp15.502 per usd pada perdagangan jumat (15/12/2023).



sedangkan indeks dolar terpantau turun 0,26 persen ke posisi 102,200.

adapun seluruh mata uang kawasan asia lainnya melaju terhadap dolar as.

tercatat, yen jepang menguat 0,88 persen, dolar hong kong naik 0,02 persen, dolar singapura terapresiasi 0,28 persen, won korea naik 1,88 persen, dan peso filipina melonjak 0,47 persen.

menurut direktur laba forexindo berjangka ibrahim assuaibi, bank sentral as mengatakan bahwa suku bunga kini telah mencapai puncaknya pada 5,4 persen.



the fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga acuan setidaknya tiga kali pada tahun depan menjadi 4,6 persen.

ketua fed jerome powell mengatakan, meski terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi, ia masih memproyeksikan prospek inflasi yang lebih rendah pada tahun 2023.

sinyal dovish bank sentral memicu meningkatnya spekulasi dari pelaku pasar mengenai kapan suku bunga akan mulai diturunkan.

ketidakpastian mengenai penurunan suku bunga kemungkinan akan mengurangi optimisme dalam beberapa bulan mendatang.



terutama karena kekuatan ekonomi negeri paman sam masih dapat memicu peningkatan inflasi.

data terkini menunjukkan inflasi indeks harga konsumen tetap stabil pada november.

“sementara pasar tenaga kerja juga tetap kuat,” terangnya.

diberitakan sebelumnya, bank sentral as memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,25 - 5,50 persen.



bahkan, the fed juga memberikan isyarat untuk memangkas suku bunga acuan setidaknya tiga kali tahun depan.

keputusan the fed menahan suku bunga acuan ini merupakan yang ketiga kalinya dalam tiga pertemuan terakhir.

hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar.

sebagai catatan, the fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak maret 2022 hingga juli 2023 sebelum menahannya pada september, november, dan desember 2023.



chairman the fed jerome powell mengatakan jika inflasi sudah bergerak sesuai keinginan bank sentral.

namun, dirinya mengingatkan jika inflasi masih tinggi.

dimana upaya menurunkan inflasi ke target mereka yakni 2 persen bisa berubah dan masih belum pasti.

"inflasi sudah melandai dari titik puncaknya tetapi tidak disertai dengan kenaikan signifikan pengangguran ini adalah kabar yang sangat baik. namun, inflasi masih terlalu tinggi," ujar powell.

Tag
Share