Rupiah dan Mayoritas Uang Asia Jeblok di Awal Pekan, Ini Biang Keroknya!
Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (18/12/2023)--freepik @wirestock
BACAKORAN.CO – Setelah sempat menguat selama dua hari beruntun, rupiah akhirnya bertekuk lutut dihadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Senin (18/12/2023).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,11 persen atau 17,50 poin atau Rp15.510 per USD.
Sementara indeks dolar AS terpantau juga turun 0,10 persen atau 0,10 poin ke 102,45.
BACA JUGA:Pergerakan Rupiah Pekan Depan, Apa Efek Keputusan The Fed Tahan Suku Bunga Masih Akan Berlanjut?
Nasib serupa juga dialami mata uang di wilayah Asia lainnya yang kompak loyo terhadap dolar AS.
Tercatat, yen Jepang anjlok 0,27 persen, dolar Taiwan turun 0,36 persen, won Korea Selatan tergelincir 0,07 persen, dan ringgit Malaysia amblas 0,59 persen.
Sedangkan dolar Hong Kong dan dolar Singapura mampu menguat 0,05 persen.
Menurut Analis Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, pernyataan Ketua Federal Reserve alias The Fed Jerome Powell setelah pertemuan pekan lalu ditafsirkan memberikan nada yang lebih dovish.
BACA JUGA:Rupiah Potensi Lanjut Perkasa Usai Kode Keras The Fed Pangkas Suku Bunga
Pengetatan kebijakan moneter kemungkinan besar akan berakhir, dan diskusi mengenai pemangkasan suku bunga acuan akan diperhatikan.
Para pedagang, terangnya, memperkirakan ekspektasi agresif terhadap penurunan suku bunga.
“Penurunan pertama kemungkinan terjadi pada Maret dan penurunan sebesar 141 basis poin (bp) pada Desember tahun depan,” ujarnya dalam dalam riset harian.
Sementara Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa The Fed dapat mulai menurunkan suku bunga acuan sekitar kuartal ketiga tahun 2024 jika inflasi turun seperti yang diperkirakan.
BACA JUGA:Sinyal The Fed Turunkan Suku Bunga, Rupiah dan Mata Uang di Asia Hajar Dolar AS
Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee juga mengatakan bank sentral mungkin perlu segera mengalihkan fokusnya untuk mencegah peningkatan pengangguran guna menekan inflasi.
Masih menurut Ibrahim, data pada Jumat (15/12/2023) menunjukkan bahwa produksi di pabrik-pabrik AS meningkat pada November 2023.
Terangkat oleh rebound dalam produksi kendaraan bermotor setelah berakhirnya pemogokan.
Dari sentimen dalam negeri, neraca perdagangan Tanah Air kembali menorehkan surplus Rp2,41 miliar pada November 2023.
BACA JUGA:Pasca The Fed Tahan Suku Bunga, IHSG dan Rupiah Kompak Perkasa
Ini merupakan surplus ke-43 kalinya sejak Mei 2020.
Ibrahim memprediksi rupiah akan cenderung bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat pada perdagangan besok, Selasa (19/12/2023).