bacakoran.co

Asal Usul Sejarah Tahun Baru Masehi Dan Dampaknya Bagi Kaum Muslim

Asal Usul Perayaan Tahun Baru Masehi--bacakoran.co

BACA JUGA:Para Jomblo Fii Sabilillah Harus Tau! Resolusi Yang Bisa Dilakukan Di Tahun Baru, Yuk Simak.

Dengan pemahaman lebih dalam, kita dapat memahami signifikansi perayaan ini dalam kehidupan sehari- hari.

Terkadang, tanpa menyadari, kita turut larut dalam euforia perayaan ini.

Perayaan tahun baru Masehi memiliki latar belakang dari tradisi paganisme dan zoroastrianisme di masa lalu, mewarisi peradaban Romawi kuno.

Setiap tahun, dunia merayakan pergantian tahun dengan penuh semarak.

Dari kota- kota besar hingga desa- desa terpencil.

BACA JUGA:Awas Murtad! 10 Hal Berikut Menjadi Pembatal Keislaman Kamu, Jangan Lalai!

BACA JUGA:Islam Akan Kembali Asing? Yuk Simak, Biar Tau Makna Dari Hadist Tersebut!

Media massa turut mempromosikan perayaan ini secara luas.

Membuat sebagian besar kaum Muslim terpengaruh oleh keistimewaan momen ini.

Acara perayaan tahun baru Masehi disusun secara megah dan meriah.

Dilengkapi dengan sorak- sorai, terompet, kembang api, dan berbagai hiburan lainnya.

Namun, dibalik hingar- bingarnya, kita harus memahami akar sejarah perayaan ini.

BACA JUGA:Waspada! 3 Ciri Orang Munafik dalam Islam, Ustadzah Basma Syahab: Jangan Percaya Berlebihan

BACA JUGA:Tutor! Cara Menghindari Kemaksiatan dan Langkah-langkah Praktis Menurut Ajaran Islam

Asal Usul Sejarah Tahun Baru Masehi Dan Dampaknya Bagi Kaum Muslim

Ainun

Deby Tri


bacakoran.co- sebuah renungan terhadap sejarah perayaan masehi menjadi penting bagi kaum .

sebab harus kamu tau, dalam kebudayaan tidak ada perayaan untuk tahun baru .

dan para ulama sebagian melarang kaum merayakan masehi.

karena menyerupai suatu kaum, yang sudah dijelaskan dalam  

عن ابن عمر رضي الله عنه قال، قل رسول الله صلى الله عليه وسلم:"مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم."

dari ibnu umar radhiyallahu anhu  berkata, sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

"barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (hr. , al-libas, 3512. al-albany berkata dalam shahih abu dawud, hasan shahih no. 3401)

ini menunjukkan larangan yang keras, peringatan

dan ancaman atas perbuatan menyerupai orang-orang .

dalam perkataan, perbuatan, pakaian, hari-hari raya, dan peribadahan mereka.

serta perkara mereka yang lain yang tidak disyariatkan bagi kita dan kita tidak mentaqrir (menyetujui)nya untuk kita.

dengan pemahaman lebih dalam, kita dapat memahami signifikansi perayaan ini dalam kehidupan sehari- hari.

terkadang, tanpa menyadari, kita turut larut dalam euforia perayaan ini.

perayaan tahun baru masehi memiliki latar belakang dari tradisi paganisme dan di masa lalu, mewarisi peradaban romawi kuno.

setiap tahun, dunia merayakan pergantian tahun dengan penuh semarak.

dari kota- kota besar hingga desa- desa terpencil.

media massa turut mempromosikan perayaan ini secara luas.

membuat sebagian besar kaum muslim terpengaruh oleh keistimewaan momen ini.

acara perayaan tahun baru masehi disusun secara megah dan meriah.

dilengkapi dengan sorak- sorai, , , dan berbagai hiburan lainnya.

namun, dibalik hingar- bingarnya, kita harus memahami akar sejarah perayaan ini.

berasal dari , perayaan ini memiliki hubungan dengan paganisme dan zoroastrianisme, bukan agama kristen.

memperkenalkan penanggalan baru yang berbasis pada matahari.

tahun masehi dimulai pada bulan , diambil dari dewa janus yang memiliki dua wajah.

tanggal 1 januari dipilih sebagai hari pertama tahun sebagai penghormatan kepada dewa janus.

awalnya hanya digunakan oleh romawi, tetapi setelah kristen menjadi agama resmi.

sistem penanggalan ini diadopsi, dengan tahun kelahiran yesus kristus sebagai tahun baru.

pergantian tahun menjadi penting secara religius pada abad pertengahan, mengakui hari natal dan paskah.

tradisi perayaan malam tahun baru semakin berkembang, melibatkan simbol- simbol agama , yahudi, dan majusi.

dalam pergantian tahun ini, simbol ( kristen), terompet( ), dan kembang api ()

turut berperan, menunjukkan adanya tiga perayaan agama secara bersamaan.

namun, bagi seorang , pertanyaannya apakah layak terlibat dalam perayaan yang sejarahnya tidak berasal dari ajaran ?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada sebenar-benar takwa kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam. ( ayat 102).

ini menjadi pertimbangan kritis yang tidak dapat diabaikan.***

Tag
Share