Kim Jong-Un perintah tentaranya untuk 'memusnahkan' Korea Selatan dan AS jika diprovokasi.
Pemimpin Korea Utara menggemakan retorika perang untuk memusnahkan Korea Selatan dan Amerika Serikat jika diprovokasi | KNCA--
BACAKORAN.CO - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un telah memerintahkan militernya untuk "benar-benar memusnahkan" Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Jika mereka memulai konfrontasi militer dalam putaran lain retorika penuh permusuhan yang akan menargetkan Seoul dan Washington.
BACA JUGA:Kim Jong-Un Perintahkan Militernya Percepat Persiapan untuk Perang.
Kedua sekutu itu meningkatkan kerja sama militer dan politik pada tahun 2023 ketika Korea Utara melakukan sejumlah rekor uji coba senjata, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat baru, dan menempatkan satelit mata-mata pertamanya ke orbit.
Pada pertemuan dengan perwira tinggi Korea Utara di Pyongyang pada Malam Tahun Baru, Kim mengatakan militernya harus "memusnahkan" musuh jika diprovokasi, kantor berita resmi Korea Central News Agency (KCNA) melaporkan pada hari Senin (1/1/24).
BACA JUGA:Rudal Jelajah Ukraina menyebabkan Kapal Perang Angkatan Laut Rusia Rusak Parah.
Putra dari Kim Jong-Il ini telah mengindikasikan bahwa dia berencana untuk meluncurkan tiga satelit lagi ke luar angkasa dan mengembangkan lebih lanjut persenjataan negaranya tahun ini.
"Jika musuh memilih untuk konfrontasi militer dan provokasi terhadap DPRK, tentara harus memberikan pukulan mematikan untuk memusnahkan mereka secara menyeluruh dengan memobilisasi semua cara dan potensi paling berat tanpa keraguan sedikitpun," kata Kim, menggunakan singkatan nama resmi Korea Utara.
Komentar Kim menggemakan retorika di pertemuan partai akhir tahun, pekan lalu.
BACA JUGA:Sekutu Amerika Serikat Enggan Gabung dengan Misi untuk Melindungi Pelayaran di Laut Merah.
Pemimpin Korea Utara menuduh AS sudah menimbulkan "berbagai bentuk ancaman militer". Di sampaikannya pada acara lima hari untuk menetapkan agenda kebijakan untuk 2024,
Kim mengatakan pada pertemuan itu bahwa dia tidak akan lagi mencari rekonsiliasi dan reunifikasi dengan Korea Selatan, mencatat "krisis tak terkendali" yang katanya dipicu oleh Seoul dan Washington.
Dalam pidato Tahun Barunya pada hari Senin, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan dia akan memperkuat serangan pendahuluan militernya, pertahanan rudal dan kemampuan pembalasan dalam menanggapi ancaman nuklir Korea Utara.
Yoon dengan menggunakan nama resmi Korea Selatan berpendapat bahwa Republik Korea saat ini membangun perdamaian sejati dan abadi dengan kekuatan, bukan perdamaian dengan tunduk dan bergantung pada niat baik dari musuh.