Kim Jong-Un perintah tentaranya untuk 'memusnahkan' Korea Selatan dan AS jika diprovokasi.
Pemimpin Korea Utara menggemakan retorika perang untuk memusnahkan Korea Selatan dan Amerika Serikat jika diprovokasi | KNCA--
BACA JUGA:Senjata Kontroversial Apa Saja telah digunakan Israel dalam Perang Gaza?
Pyongyang menyatakan dirinya sebagai kekuatan nuklir yang "tidak dapat diubah" pada tahun 2022 dan telah berulang kali mengatakan tidak akan pernah melepaskan program senjata nuklirnya, yang dipandangnya penting untuk kelangsungan hidupnya.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) telah mengadopsi banyak resolusi yang menyerukan Korea Utara untuk menghentikan program rudal nuklir dan balistiknya sejak Pyongyang pertama kali melakukan uji coba nuklir pada tahun 2006.
Dengan AS mengadakan pemilihan presiden pada bulan November, dan Donald Trump sekali lagi dalam pencalonan, analis telah menyarankan Kim mungkin berharap persenjataan nuklirnya yang diperluas akan memberinya pengaruh terhadap AS jika Trump terpilih kembali.
BACA JUGA:Donald Trump tidak memenuhi syarat maju kepresidenan AS 2024. Kenapa?
Pada 2018-19, Kim bertemu Trump pada tiga kesempatan tetapi kesibukan diplomasi runtuh setelah AS menolak tawaran Kim untuk membongkar kompleks nuklir utamanya, sebuah langkah terbatas, dengan imbalan pengurangan ekstensif dalam sanksi yang dipimpin AS.
Sejak 2022, Korea Utara telah melakukan lebih dari 100 uji coba rudal, mendorong AS dan Korea Selatan untuk memperluas latihan militer gabungan mereka.
Korea Utara juga telah mencoba untuk memperkuat hubungannya dengan sekutu lama China dan Rusia, yang memblokir upaya AS dan mitranya di DK PBB untuk memperkuat sanksi PBB terhadap Korea Utara atas uji coba senjatanya.
BACA JUGA:Data Ekonomi AS dan China Bikin Rupiah dan Mata Uang di Asia Terkapar
KCNA mengatakan Kim dan Presiden China Xi Jinping bertukar pesan Hari Tahun Baru pada hari Senin untuk memperkuat hubungan bilateral.
Korea Utara menghadapi kecurigaan bahwa mereka telah memasok senjata konvensional untuk perang Rusia di Ukraina dengan imbalan teknologi canggih Rusia untuk meningkatkan program senjata Korea Utara.
Peluncuran satelit mata-mata yang sukses terjadi dua bulan setelah Kim melakukan perjalanan ke Rusia di mana ia mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Vladimir Putin dan mengunjungi pabrik-pabrik senjata Rusia.