Konflik Timur Tengah Kian Memanas, Mata Uang Asia dan Negara Maju Kompak Terkapar, Bagaimana Nasib Rupiah?
Meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah memicu melemahnya mayoritas mata uang asia termasuk rupiah dan mata uang negara maju.--
BACA JUGA:Nasib Rupiah Pagi Ini Jelang Rilis Data Perdagangan Indonesia
Konsensus pasar dihimpun dari 10 institusi/lembaga memperkirakan secara absolute bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di posisi 6,00 persen.
Dimana suku bunga deposit facility saat ini sebesar 5,25 persen dan suku bunga lending facility di level 6,75 persen.
Jika BI rate (suku bunga acuan) benar-benar kembali ditahan di level 6 persen, merupakan kali ketiga bank sentral Indonesia menahannya di posisi tersebut.
Terakhir BI menaikkan suku bunga acuan pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75 persen.
BACA JUGA:Pelaku Pasar Tunggu Laporan Perdagangan Indonesia, Begini Prediksi Pergerakan Rupiah di Awal Pekan
BI kemungkinan besar akan menahan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah saat inflasi Indonesia yang melandai.
Sebelumnya, utang luar negeri (ULN) Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Tercatat, ULN Indonesia mencapai US$400,9 miliar atau sekitar Rp6.213,95 triliun (kurs Rp15.500) pada November 2023.
Jumlah itu naik 2 persen (yoy) dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 0,7 persen (yoy).
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, perkembangan utang tersebut terutama disebabkan oleh transaksi ULN sektor publik.
Posisi ULN pada November 2023, terangnya, juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mayoritas mata uang global.
Situasi ini berimbas pada meningkatnya angka statistik ULN Indonesia mata uang lainnya dalam satuan dolar AS.