bacakoran.co

Debat Cawapres! Cak imin Singgung Food Estate dan Giant Sea Wall, Buang-Buang Uang dan Rusak Lingkungan

Debat cawapres 2024 Cak imin kritik food estate dan giant sea wall yang tidak efektif di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Minggu (21/1/2024).--youtube/KPU RI

BACA JUGA:Dokter, Bidan dan Perawat Berjibaku Lawan Banjir, Jemput Bola Layani Warga Akibat Puskesmas Terendam Banjir

Tetapi juga tidak menyelesaikan akar masalahnya, yaitu emisi gas rumah kaca dan kerusakan ekosistem pesisir.

“Giant sea wall tidak mengatasi masalah krisis iklim. Giant sea wall hanya menangkal air laut, tetapi tidak mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Giant sea wall juga merusak ekosistem pesisir yang merupakan habitat bagi berbagai spesies laut dan sumber penghidupan bagi nelayan. Giant sea wall hanya buang-buang uang dan merugikan lingkungan,” ujar Cak Imin.

Cak Imin menawarkan alternatif yang lebih baik untuk mengatasi krisis iklim, yaitu dengan mengedepankan etika lingkungan.

BACA JUGA:Merapat Fresh Graduate! Bank BRI Membuka Lowongan BRILiaN Banking Officer Program, Berikut Syaratnya..

BACA JUGA:2,3 Juta Formasi CASN 2024 Dibuka dalam 3 Periode, Ini Rinciannya

Ia mengatakan bahwa etika lingkungan adalah keseimbangan antara manusia dan alam, tanpa saling menang-menangan.

Cak imin mencontohkan bahwa etika lingkungan dapat diterapkan dengan mengurangi konsumsi energi fosil, meningkatkan penggunaan energi terbarukan, menghijaukan kota, dan melestarikan hutan dan lahan gambut.

“Etika lingkungan adalah kunci untuk mengatasi krisis iklim. Etika lingkungan adalah sikap hormat dan bertanggung jawab terhadap alam. Etika lingkungan adalah cara hidup yang ramah dan harmonis dengan alam. Etika lingkungan adalah solusi yang berkelanjutan dan bermartabat untuk manusia dan alam,” tutup Cak Imin.

Debat Cawapres! Cak imin Singgung Food Estate dan Giant Sea Wall, Buang-Buang Uang dan Rusak Lingkungan

Deby Tri

Deby Tri


bacakoran.co - calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1 atau cak imin menyampaikan kritik pedas terhadap dua proyek besar yang menjadi andalan pemerintah saat ini, yaitu food estate dan giant sea wall.

menurut cak imin, kedua proyek tersebut tidak efektif dalam mengatasi masalah pangan dan krisis iklim, melainkan hanya membuang-buang uang dan merusak lingkungan.

cak imin mengungkapkan hal ini dalam keempat yang digelar di jakarta convention center (jcc) senayan, minggu (21/1/2024).

tema kali ini adalah pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.

dalam paparannya, cak imin menyoroti bahwa upaya pengadaan pangan nasional melalui food estate terbukti mengabaikan petani, meninggalkan masyarakat adat, menimbulkan konflik agraria, dan merusak lingkungan.

cak imin mengatakan bahwa proyek food estate harus dihentikan dan diganti dengan program yang lebih berpihak kepada petani dan masyarakat adat.

“food estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat kita, menghasilkan konflik agraria dan bahkan merusak lingkungan kita. ini harus dihentikan. kita harus mengembalikan hak-hak petani dan masyarakat adat atas tanah dan sumber daya alam mereka. kita harus memberdayakan mereka dengan teknologi, pendidikan, dan bantuan modal. kita harus menjaga keberlanjutan produksi pangan dengan menerapkan pertanian ramah lingkungan,” kata cak imin di jakarta convention center (jcc) senayan, minggu (21/1/2024).

selain itu, cak imin juga mengecam proyek giant sea wall yang dianggap sebagai solusi untuk mengatasi krisis iklim dan ancaman banjir rob di jakarta.

ia mengatakan bahwa proyek tersebut tidak hanya membutuhkan anggaran yang sangat besar.

tetapi juga tidak menyelesaikan akar masalahnya, yaitu emisi gas rumah kaca dan kerusakan ekosistem pesisir.

“giant sea wall tidak mengatasi masalah krisis iklim. giant sea wall hanya menangkal air laut, tetapi tidak mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. giant sea wall juga merusak ekosistem pesisir yang merupakan habitat bagi berbagai spesies laut dan sumber penghidupan bagi nelayan. giant sea wall hanya buang-buang uang dan merugikan lingkungan,” ujar cak imin.

cak imin menawarkan alternatif yang lebih baik untuk mengatasi krisis iklim, yaitu dengan mengedepankan etika lingkungan.

ia mengatakan bahwa etika lingkungan adalah keseimbangan antara manusia dan alam, tanpa saling menang-menangan.

cak imin mencontohkan bahwa etika lingkungan dapat diterapkan dengan mengurangi konsumsi energi fosil, meningkatkan penggunaan energi terbarukan, menghijaukan kota, dan melestarikan hutan dan lahan gambut.

“etika lingkungan adalah kunci untuk mengatasi krisis iklim. etika lingkungan adalah sikap hormat dan bertanggung jawab terhadap alam. etika lingkungan adalah cara hidup yang ramah dan harmonis dengan alam. etika lingkungan adalah solusi yang berkelanjutan dan bermartabat untuk manusia dan alam,” tutup cak imin.

Tag
Share