bacakoran.co

Mengapa Marak Praktik Paylater? Kawula Muda Terjerat 'Hutang', Sulit Dapat Kerja dan KPR, OJK Angkat Bicara...

Tren kredit macet paylater meningkat tajam pada 2023--

BACAKORAN.CO - Bisnis skema beli sekarang bayar nanti atau yang dikenal dengan Buy Now Pay Later (BNPL) semakin menjadi pilihan utama, terutama bagi kalangan anak muda.

Tak hanya perusahaan multifinance, bank-bank besar seperti Bank Central Asia (BCA) dan Bank Mandiri juga ikut meramaikan persaingan dengan layanan paylater melalui akun mobile banking.

Kenaikan popularitas paylater juga membawa konsekuensi serius.

PT Pefindo Biro Kredit mencatat tren kredit macet paylater meningkat tajam pada 2023.

BACA JUGA:Mau Kredit Rumah? Lakukan Ini Dulu Agar Tidak Terjebak Kredit Macet dan Rumah Disita Bank

Data dari IdScore menunjukkan total outstanding kredit macet mencapai Rp2,15 triliun per Juni 2023, mengalami peningkatan sebesar 10,82% dibandingkan Mei 2023.

Lalu  20,78% dibandingkan Januari 2023. Kalangan di bawah 30 tahun mendominasi sebagai debitur yang mengalami masalah kredit.

Direktur Utama Pefindo Biro Kredit, Yohanes Arts Abimanyu, menjelaskan bahwa kondisi ini memberikan dampak serius terutama pada generasi muda.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut memberikan peringatan bahwa riwayat kredit yang buruk dapat berpengaruh pada aspek kehidupan lainnya.

BACA JUGA:Hore! Cocok Buat Gen Z, Pengajuan Kartu Kredit Ini via Online, Hanya 5 Menit dan Bebas Biaya Tahunan

Seperti proses lamaran kerja atau pengajuan pinjaman, kredit pemilikan rumah (KPR) di sektor jasa keuangan.

Yohanes juga menyampaikan bahwa berdasarkan Kolektibilitas (Kol) OJK, ada lima skala kredit yang mencerminkan kondisi debitur.

Dari kredit lancar hingga kredit macet, hal ini menjadi indikator bagi lembaga keuangan untuk menilai sejauh mana seseorang dapat bertanggung jawab dalam mengelola keuangan.

OJK mengingatkan pentingnya menjaga riwayat kredit agar tidak macet, dengan memberikan beberapa tips kepada masyarakat.

Mengapa Marak Praktik Paylater? Kawula Muda Terjerat 'Hutang', Sulit Dapat Kerja dan KPR, OJK Angkat Bicara...

Yudi

Yudi


- bisnis skema beli sekarang bayar nanti atau yang dikenal dengan buy now pay later () semakin menjadi pilihan utama, terutama bagi kalangan anak muda.

tak hanya , bank-bank besar seperti bank central asia (bca) dan bank mandiri juga ikut meramaikan persaingan dengan layanan paylater melalui akun mobile banking.

kenaikan juga membawa konsekuensi serius.

pt pefindo biro kredit mencatat tren kredit macet paylater meningkat tajam pada 2023.

data dari idscore menunjukkan total outstanding kredit macet mencapai rp2,15 triliun per juni 2023, mengalami peningkatan sebesar 10,82% dibandingkan mei 2023.

lalu  20,78% dibandingkan januari 2023. kalangan di bawah 30 tahun mendominasi sebagai debitur yang mengalami masalah kredit.

direktur utama pefindo biro kredit, yohanes arts abimanyu, menjelaskan bahwa kondisi ini memberikan dampak serius terutama pada generasi muda.

otoritas jasa keuangan (ojk) turut memberikan peringatan bahwa riwayat kredit yang buruk dapat berpengaruh pada aspek kehidupan lainnya.

seperti proses lamaran kerja atau pengajuan pinjaman, kredit pemilikan rumah (kpr) di sektor jasa keuangan.

yohanes juga menyampaikan bahwa berdasarkan kolektibilitas (kol) ojk, ada lima skala kredit yang mencerminkan kondisi debitur.

dari kredit lancar hingga kredit macet, hal ini menjadi indikator bagi lembaga keuangan untuk menilai sejauh mana seseorang dapat bertanggung jawab dalam mengelola keuangan.

ojk mengingatkan pentingnya menjaga riwayat kredit agar tidak macet, dengan memberikan beberapa tips kepada masyarakat.

antara lain, membuat rekapitulasi utang secara teliti, mengatur keuangan dengan menambah penghasilan dan mengurangi pengeluaran.

lalu menggunakan metode menjual barang atau mencairkan tabungan untuk melunasi utang.

fenomena paylater yang sedang booming ini tetap memberikan alternatif baru dalam pola pembayaran masyarakat.

kesadaran dan pemahaman yang baik terhadap tanggung jawab finansial perlu menjadi prioritas agar manfaat dari skema ini dapat dinikmati tanpa membawa risiko yang berlebihan.

Tag
Share