bacakoran.co

Wow, Angka Baby Blues di Indonesia Ternyata Sangat Tinggi! Bahkan Diklaim Tertinggi Ketiga di Asia

Baby blues adalah masalah kesehatan mental yang serius dan cukup umum terjadi pada ibu setelah melahirkan. Foto: Ilustrasi--

Pada masa postpartum, perubahan hormon secara drastis, khususnya penurunan hormon estrogen dan progesteron, dapat mempengaruhi keseimbangan emosional ibu. 

Fluktuasi hormonal ini dapat menciptakan perasaan cemas, murung, dan bahkan depresi pada ibu.

Disamping itu, perubahan peran dari seorang wanita yang awalnya hanya sebagai istri menjadi ibu yang harus merawat bayi juga bisa menyebabkan stres psikologis. 

Rasa takut tidak mampu memberikan perhatian dan perlindungan yang cukup kepada bayi baru lahir dapat membuat ibu merasa tidak percaya diri dan khawatir.

BACA JUGA:Teknik Ini Bikin ASI Jadi Lancar! Yuk, Jaga Kesehatan Ibu dan Bayi, Berikut Panduannya

Faktor Fisik

Aspek fisik juga menjadi penyebab baby blues yang signifikan. 

Proses persalinan itu sendiri bisa menyebabkan kelelahan fisik yang luar biasa pada seorang ibu. 

Perubahan tubuh yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan dapat memengaruhi persepsi diri dan body image ibu, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada perasaan baby blues.

Gangguan tidur yang umum pada masa postpartum juga dapat memperburuk kondisi ini. 

Bayi yang terbangun di malam hari untuk disusui atau dirawat dapat menyebabkan ibu kekurangan tidur, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosionalnya.

BACA JUGA:Dear Bumil, Mau Bayinya Cerdas Sejak Dalam Kandungan? Ini 5 Hal Penting Yang Wajib Dilkukan

Dukungan Sosial

Kurangnya dukungan sosial juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingginya angka baby blues di Indonesia. 

Beban tugas ibu yang belum tentu diimbangi dengan dukungan yang cukup dari pasangan, keluarga, atau masyarakat sekitar dapat meningkatkan risiko terjadinya baby blues. 

Wow, Angka Baby Blues di Indonesia Ternyata Sangat Tinggi! Bahkan Diklaim Tertinggi Ketiga di Asia

Rizki

Rizki


- (bkkbn) mengungkapkan, 57% ibu di indonesia mengalami gejala atau gangguan kesehatan mental yang dialami wanita pasca melahirkan.

deputi bidang bkkbn nopian andusti bilang, jumlah ibu yang mengalami gejala baby blues ini menjadi yang paling banyak di asia.

'57% ibu di indonesia mengalami gejala baby blues, angka tersebut menjadikan indonesia sebagai negara peringkat tertinggi di asia dengan risiko baby blues', katanya, beberapa waktu lalu.

mengutip laman resmi siloam hospitals, adalah kondisi ketika seorang ibu mengalami depresi ringan setelah melahirkan.

terkadang, gejala yang dialami ibu terlihat sangat sepele. 

hanya saja, jika terus berlanjut dan tidak segera ditaangani, kondisi ini bisa berdampak buruk bagi ibu dan bayi.

baby blues atau disebut juga dengan adalah kondisi emosional yang seringkali dialami oleh ibu setelah melahirkan. 

di indonesia, angka kejadian baby blues menempati posisi tertinggi ketiga di asia, setelah taiwan dan korea selatan. 

penyebab tingginya angka baby blues ini melibatkan berbagai faktor, baik faktor fisik maupun psikologis, serta dampak dari kondisi sosial dan budaya di indonesia.

faktor psikologis

satu dari banyak penyebab baby blues adalah faktor psikologis yang terkait dengan perubahan hormon selama kehamilan dan setelah melahirkan. 

pada masa postpartum, perubahan hormon secara drastis, khususnya penurunan hormon estrogen dan progesteron, dapat mempengaruhi keseimbangan emosional ibu. 

fluktuasi hormonal ini dapat menciptakan perasaan cemas, murung, dan bahkan depresi pada ibu.

disamping itu, perubahan peran dari seorang wanita yang awalnya hanya sebagai istri menjadi ibu yang harus merawat bayi juga bisa menyebabkan stres psikologis. 

rasa takut tidak mampu memberikan perhatian dan perlindungan yang cukup kepada bayi baru lahir dapat membuat ibu merasa tidak percaya diri dan khawatir.

faktor fisik

aspek fisik juga menjadi penyebab baby blues yang signifikan. 

proses persalinan itu sendiri bisa menyebabkan kelelahan fisik yang luar biasa pada seorang ibu. 

perubahan tubuh yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan dapat memengaruhi persepsi diri dan body image ibu, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada perasaan baby blues.

gangguan tidur yang umum pada masa postpartum juga dapat memperburuk kondisi ini. 

bayi yang terbangun di malam hari untuk disusui atau dirawat dapat menyebabkan ibu kekurangan tidur, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosionalnya.

dukungan sosial

kurangnya dukungan sosial juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingginya angka baby blues di indonesia. 

beban tugas ibu yang belum tentu diimbangi dengan dukungan yang cukup dari pasangan, keluarga, atau masyarakat sekitar dapat meningkatkan risiko terjadinya baby blues. 

perasaan kesepian dan terisolasi dapat memberikan dampak negatif pada kesejahteraan mental ibu.

stigma terkait dengan masalah kesehatan mental masih cukup tinggi di masyarakat indonesia.

beberapa ibu mungkin merasa tidak nyaman untuk mencari bantuan atau berbicara tentang perasaan mereka karena takut dianggap lemah atau tidak mampu mengatasi peran sebagai ibu.

faktor budaya

budaya di indonesia juga memiliki dampak signifikan terhadap tingginya angka baby blues.

beban sosial yang diharapkan dari seorang ibu untuk menjadi 'ibu yang sempurna' dan tidak menunjukkan kelemahan emosional dapat menciptakan tekanan tambahan. 

idealisasi peran ibu sebagai sosok yang kuat dan tabah seringkali membuat ibu merasa sulit untuk mengungkapkan perasaan negatifnya.

sementara itu, norma-norma budaya yang menekankan pentingnya keluarga besar dan dukungan sosial dapat membuat ibu yang tidak mendapatkan dukungan yang memadai merasa terpinggirkan dan terabaikan.

upaya penanggulangan

untuk mengatasi tingginya angka baby blues di indonesia, langkah-langkah perlu diambil secara holistik. 

pertama-tama, penting bagi pemerintah dan lembaga kesehatan untuk meningkatkan kesadaran mengenai baby blues dan kesehatan mental ibu pasca melahirkan. 

pendidikan sejak awal kehamilan tentang perubahan emosional yang mungkin dialami oleh ibu dapat membantu mereka dan keluarganya lebih siap menghadapi kondisi ini.

disamping itu, dukungan sosial perlu ditingkatkan melalui kampanye yang mempromosikan pentingnya peran keluarga dan masyarakat dalam memberikan dukungan kepada ibu pasca melahirkan. 

pembukaan ruang diskusi mengenai kesehatan mental dan baby blues di berbagai tingkatan masyarakat dapat membantu mengurangi stigma dan membuat ibu merasa lebih nyaman untuk mencari bantuan.

penting juga untuk menyediakan akses yang lebih mudah dan terjangkau terhadap layanan kesehatan mental, termasuk konseling dan terapi, agar ibu yang membutuhkan bantuan dapat dengan cepat mendapatkan perawatan yang tepat. 

program dukungan kelompok untuk ibu yang mengalami baby blues juga dapat menjadi sarana yang efektif untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional.

tingginya angka baby blues di indonesia menjadi isu serius yang memerlukan perhatian lebih dari berbagai pihak. 

faktor-faktor seperti aspek psikologis, fisik, dukungan sosial, dan budaya berkontribusi pada kondisi ini. 

melalui upaya-upaya penanggulangan yang holistik dan terintegrasi, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif baby blues pada kesejahteraan mental ibu pasca melahirkan di indonesia. 

dengan peningkatan kesadaran dan dukungan yang memadai, diharapkan ibu dapat menghadapi perubahan hidup ini dengan lebih baik dan lebih positif.

Tag
Share