bacakoran.co- apakah mungkin bagi untuk melarang sementara dirinya juga terlibat dalam tindakan tersebut?
pertanyaan ini menimbulkan dilema moral yang serius.
tetapi utsman al-khomis memberikan wawasan yang menarik tentang bagaimana konsep ini bisa diterapkan dalam praktik.
ahli ilmu juga menyampaikan pemahaman yang mendalam mengenai kompleksitas kondisi manusia dalam menghadapi kemungkaran.
kontradiksi atau realitas kompleks?
seringkali, kita menemukan diri kita terjebak dalam situasi yang membingungkan.
di mana kita harus berurusan dengan kemungkaran sementara kita sendiri terkadang terlibat dalam tindakan tersebut.
namun, apakah hal ini benar-benar menjadi hambatan bagi seseorang untuk melarang kemungkaran?
menurut syaikh utsman al-khomis, penting untuk memahami bahwa melarang kemungkaran adalah suatu prinsip yang ditekankan dalam islam.
hal ini mencerminkan pentingnya memperjuangkan kebaikan dan menentang kejahatan.
bahkan jika itu berarti kita harus menegur diri sendiri.
tidak sempurna, tapi masih bertanggung jawab
meskipun manusia tidak luput dari melakukan kesalahan dan dosa.
hal ini tidak menghalangi kemampuan seseorang untuk melarang kemungkaran.
sebagaimana yang dijelaskan oleh ahli ilmu.
tugas melarang kemungkaran adalah tanggung jawab setiap individu.
bahkan jika mereka sendiri terlibat dalam perilaku yang salah.
tindakan nabi muhammad saw sebagai teladan
nabi muhammad saw adalah contoh utama dalam hal ini.
meskipun beliau adalah manusia yang suci, beliau tetap aktif dalam melarang kemungkaran di masyarakatnya.
ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk melarang kemungkaran tidak tergantung pada kesucian seseorang.
tetapi pada keberanian dan komitmen untuk memperjuangkan kebaikan.
kenyataan manusia tak sempurna
allah swt telah menciptakan manusia dengan sifat yang rentan terhadap dosa dan kesalahan.
dalam al-quran, allah menyatakan bahwa manusia berbuat dosa siang dan malam.
allah telah menetapkan bahwa setiap anak adam pasti berdosa.
allah berfirman dalam hadis qudsi:
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
wahai hamba-ku, sesungguhnya kalian semuanya melakukan dosa pada malam dan siang hari (hr. muslim no. 2577).
namun, hal ini tidak mengurangi tanggung jawab manusia untuk berusaha memperbaiki saudaranya dengan melarang kemungkaran, meskipun mereka sendiri tidak sempurna.
melarang hambanya untuk berputus asa dan merasa bahwa allah tidak akan mengampuninya. allah berfirman:
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا
katakanlah (nabi ), “wahai hamba-hamba-ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat allah. sesungguhnya allah mengampuni dosa semuanya.” (qs. az-zumar[39]: 53).
meskipun manusia tidak luput dari kesalahan, hal ini tidak menghalangi mereka untuk berperan aktif dalam melarang kemungkaran.
rasulullah ﷺ berpesan:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
setiap anak adam berbuat salah, dan sebaik-baik orang berbuat salah adalah yang bertobat (hr. ibnu majah no. 4251).
prinsip ini ditegaskan dalam islam dan dipahami oleh para ulama sebagai tanggung jawab setiap individu.
dengan memahami kemanusiaan yang tidak sempurna namun tetap bertanggung jawab.
kita dapat memperjuangkan kebaikan dalam masyarakat meskipun kita sendiri tidak sempurna.***