'Emotional Eating' Orang Indonesia Kebanyakan Melampiaskan Rasa Stres dengan Makanan, Bahaya Gak Sih?

Health Collaborative Center (HCC), sebagai lembaga kesehatan terkemuka, mengambil inisiatif untuk memahami lebih lanjut bagaimana orang Indonesia mengatasi stres. Foto: Ilustrasi--

BACAKORAN.CO - Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC) menyoroti tren menarik di kalangan masyarakat Indonesia yaitu mengungkap 47%, dari responden cenderung mengatasi stres dengan melibatkan diri dalam perilaku 'emotional eating'.

Hasil ini menunjukkan bahwa hampir setengah populasi Indonesia menggunakan makanan sebagai bentuk kompensasi emosional mereka dalam menghadapi tekanan hidup.

Dalam survei yang diberi judul 'Mindful Eating Study', peneliti utama, Ray Wagiu Basrowi, menjelaskan temuan menarik ini dalam sebuah konferensi pers di restoran Beautika, Jakarta Selatan.

'Temuannya menunjukkan bahwa 47 persen dari responden cenderung menjadi emotional eater.

BACA JUGA:5 Manfaat Mengkonsumsi Coklat, Nomor 2 Dapat Memperbaiki Mood dan Menghilangkan Stressmu Loh...

BACA JUGA:9 Strategi Efektif Mengelola Stres: Identifikasi Faktor Pemicu dan Cara Pengelolaan Stres yang Tepat

Artinya, dalam satu kelompok sepuluh orang, 4-5 orang pasti ada yang memiliki perilaku emotional eating', ungkap Basrowi.

Stres adalah reaksi alami terhadap tekanan atau tuntutan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, mengatasi stres dengan cara yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.

HCC melakukan survei ini untuk memahami bagaimana masyarakat Indonesia menanggapi stres dan apakah cara mereka mengelolanya konsisten dengan prinsip-prinsip kesehatan.

Pertanyaan survei mencakup berbagai aspek, termasuk penyebab stres, tanda-tanda fisik dan emosional stres, serta strategi yang diadopsi untuk mengatasi stres.

BACA JUGA:Ketika Stres Mengambil Alih Pemikiran: Mengapa Otak Sulit Berfikir Rasional?

BACA JUGA:5 Manfaat dari Konsep Gaya Hidup Frugal Living, Bisa Mengurangi Stres Loh

Data dikumpulkan melalui wawancara online dan kuesioner yang disebarkan secara daring.

'Emotional Eating' Orang Indonesia Kebanyakan Melampiaskan Rasa Stres dengan Makanan, Bahaya Gak Sih?

Rizki

Rizki


- sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh (hcc) menyoroti tren menarik di kalangan masyarakat indonesia yaitu mengungkap 47%, dari responden cenderung mengatasi dengan melibatkan diri dalam perilaku ''.

hasil ini menunjukkan bahwa hampir setengah populasi indonesia menggunakan makanan sebagai bentuk kompensasi emosional mereka dalam menghadapi tekanan hidup.

dalam survei yang diberi judul '', peneliti utama, , menjelaskan temuan menarik ini dalam sebuah konferensi pers di restoran beautika, jakarta selatan.

'temuannya menunjukkan bahwa 47 persen dari responden cenderung menjadi emotional eater.

artinya, dalam satu kelompok sepuluh orang, 4-5 orang pasti ada yang memiliki perilaku emotional eating', ungkap basrowi.

adalah reaksi alami terhadap tekanan atau tuntutan dalam kehidupan sehari-hari.

namun, mengatasi stres dengan cara yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.

hcc melakukan survei ini untuk memahami bagaimana masyarakat indonesia menanggapi stres dan apakah cara mereka mengelolanya konsisten dengan prinsip-prinsip kesehatan.

pertanyaan survei mencakup berbagai aspek, termasuk penyebab stres, tanda-tanda fisik dan emosional stres, serta strategi yang diadopsi untuk mengatasi stres.

data dikumpulkan melalui wawancara online dan kuesioner yang disebarkan secara daring.

hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari 47 persen responden mengakui bahwa mereka mengatasi stres dengan mengonsumsi makanan. 

beberapa responden bahkan menyatakan bahwa makanan menjadi pilihan utama mereka dalam menghadapi tekanan hidup. 

jenis makanan yang dikonsumsi bervariasi, mulai dari camilan ringan hingga hidangan berat, dan seringkali melibatkan makanan yang tinggi gula dan lemak.

sejumlah faktor dapat menjelaskan mengapa masyarakat indonesia cenderung mengatasi stres dengan makanan.

 

pertama, makanan sering dianggap sebagai sumber kenikmatan instan yang dapat memberikan kenyamanan dan kebahagiaan sesaat. 

kedua, makanan juga memiliki nilai sosial yang kuat di indonesia, dengan banyak acara dan pertemuan keluarga yang diwarnai oleh hidangan khas.

meski mengonsumsi makanan untuk mengatasi stres mungkin memberikan kenyamanan sementara, tetapi memiliki dampak negatif terhadap kesehatan jangka panjang. 

makanan tinggi gula dan lemak dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. 

karenanya, perlu ada kesadaran akan risiko kesehatan yang terkait dengan kebiasaan ini.

hasil survei ini menunjukkan perlunya peningkatan edukasi dan kesadaran tentang strategi yang lebih sehat untuk mengatasi stres. 

program-program kesehatan mental dan kampanye informasi dapat membantu masyarakat memahami pentingnya mencari solusi yang lebih berkelanjutan dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.

health collaborative center merekomendasikan beberapa langkah untuk membantu masyarakat indonesia mengatasi stres dengan cara yang lebih sehat. 

pertama, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental dan bagaimana stres dapat memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. 

disamping itu, pendekatan yang melibatkan olahraga, meditasi, dan dukungan sosial juga perlu dipromosikan sebagai alternatif yang lebih baik daripada mengandalkan makanan.

survei yang dilakukan oleh health collaborative center memberikan pandangan yang berharga tentang bagaimana masyarakat indonesia mengatasi stres, dengan menyoroti kecenderungan untuk menggunakan makanan sebagai solusi utama. 

walaupun makanan dapat memberikan kenyamanan sementara, penting untuk menyadari dampak kesehatan jangka panjang dan mencari strategi yang lebih sehat untuk mengelola stres. 

edukasi dan kesadaran masyarakat merupakan langkah awal yang penting dalam menciptakan perubahan positif menuju kesehatan mental yang lebih baik.

Tag
Share