Resesi Seks, Jepang Krisis Populasi Penduduk, Tidak Ada Keturunan, 9 Juta Rumah Kosong, Kok Bisa?

Jepang sedang menghadapi krisis kependudukan --

BACAKORAN.CO - Jepang sedang menghadapi krisis kependudukan yang mengakibatkan lonjakan jumlah rumah kosong, mencapai angka sekitar 9 juta.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran karena potensi risiko keselamatan dan keberlanjutan pemukiman di negara tersebut.

Rumah kosong di Jepang, dikenal dengan istilah "akiya" - gabungan dari "aki" (kosong) dan "ya" (rumah), mengacu pada rumah-rumah yang tidak berpenghuni secara permanen.

Meskipun beberapa kota besar di Jepang memiliki kepadatan yang tinggi.

BACA JUGA:Wow! Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini Melejit ke Rp1,34 Juta per Gram, Cek Daftar Lengkapnya!

BACA JUGA:Masih Ada Instansi Belum Rampungkan Rincian Usulan Kebutuhan PNS 2024, Simak Pernyataan Tegas MenPANRB Anas!

Krisis kependudukan tetap menjadi masalah serius.


Resesi seks mengancam populasi penduduk jepang--

Menurut laporan Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, hasil Survei Statistik Perumahan dan Tanah yang dilakukan setiap lima tahun sekali.

Jumlah akiya di Jepang telah mencapai sembilan juta. 

Angka ini menunjukkan peningkatan sekitar 510 ribu akiya sejak lima tahun sebelumnya, atau dua kali lipat dari 30 tahun lalu.

BACA JUGA:KKB Bersenjata Api Serang Gereja, Rampas Barang Jemaat, Ini Aksi Brutalnya!

BACA JUGA:12 Kode Promo Grab 6 Mei 2024! Diskon Ekstra Rp70 Ribu Grab Express, 90 Persen GrabCar dan GrabBike

Dari jumlah tersebut, 3,85 juta rumah merupakan rumah yang ditinggalkan.

Resesi Seks, Jepang Krisis Populasi Penduduk, Tidak Ada Keturunan, 9 Juta Rumah Kosong, Kok Bisa?

Yudi

Yudi


- jepang sedang menghadapi yang mengakibatkan lonjakan jumlah rumah kosong, mencapai angka sekitar 9 juta.

ini menimbulkan kekhawatiran karena potensi risiko keselamatan dan keberlanjutan pemukiman di negara tersebut.

rumah kosong di , dikenal dengan istilah "akiya" - gabungan dari "aki" (kosong) dan "ya" (rumah), mengacu pada rumah-rumah yang tidak berpenghuni secara permanen.

meskipun beberapa kota besar di jepang memiliki kepadatan yang tinggi.

krisis kependudukan tetap menjadi masalah serius.


resesi seks mengancam populasi penduduk jepang--

menurut laporan kementerian dalam negeri dan komunikasi jepang, hasil survei statistik perumahan dan tanah yang dilakukan setiap lima tahun sekali.

jumlah akiya di jepang telah mencapai sembilan juta. 

angka ini menunjukkan peningkatan sekitar 510 ribu akiya sejak lima tahun sebelumnya, atau dua kali lipat dari 30 tahun lalu.

dari jumlah tersebut, 3,85 juta rumah merupakan rumah yang ditinggalkan.

setara dengan 5,9 persen dari total unit rumah di jepang. 

jenis akiya ini termasuk rumah liburan yang hanya digunakan pada momen liburan atau rumah yang sudah selesai dibangun tetapi belum terjual. 

namun, ada juga rumah "hochi akiya" yang benar-benar tidak berpenghuni dan tidak digunakan untuk keperluan lain.

data menunjukkan tren peningkatan jumlah rumah yang ditinggalkan dari tahun ke tahun sejak 1978.

pada tahun 2023, jumlahnya mencapai 3,850,000, meningkat dari 980,000 pada tahun 1978.

salah satu penyebab utama krisis kependudukan ini adalah populasi jepang yang menua dan tingkat kelahiran yang menurun. 

tren keluarga yang lebih kecil membuat permintaan akan rumah menurun dari generasi sebelumnya yang lebih besar.

 

migrasi penduduk dari desa ke kota-kota besar juga menjadi faktor penting.

dengan beberapa prefektur pedesaan memiliki lebih dari 10 persen rumah yang ditinggalkan.

prefektur-prefektur seperti kagoshima, kochi, dan tokushima memiliki persentase tertinggi rumah yang ditinggalkan, sementara tokyo memiliki persentase terendah.

bahkan di pusat perkotaan seperti kanagawa, aichi, dan osaka, jumlah rumah yang ditinggalkan tetap signifikan.

bagi para pelancong yang berencana untuk menetap atau membeli rumah liburan di jepang, perlu dipertimbangkan ulang.

kondisi rumah ditinggalkan cukup mengkhawatirkan, dengan sekitar 20 persen di antaranya rusak atau tidak layak huni tanpa perbaikan. 

potensi risiko keselamatan, terutama saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi, topan, atau longsor, menjadi perhatian utama.

krisis kependudukan jepang tidak hanya menjadi masalah demografis, tetapi juga menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan keamanan. 

diperlukan langkah-langkah inovatif dan kolaboratif dari pemerintah, masyarakat.

lalu sektor swasta untuk mengatasi masalah ini dan memastikan keberlanjutan pemukiman di masa depan.

Tag
Share