bacakoran.co

Akhirnya Matahari Buatan Terbesar Rampung Dirakit, Tapi Operasi Ditunda 15 Tahun Lagi, Ada Apa?

Matahari buatan terbesar di dunia rampung dirakit namun operasinya ditunda 15 tahun lagi atau hingga 2039.--ist

Ini berarti sangat kecil kemungkinan tenaga fusi, termasuk tokamak ITER beroperasi tepat waktu guna menjadi solusi bagi krisis iklim.

"Tentu saja, penundaan (beroperasinya) ITER tidak mengarah ke arah yang benar," kata Direktur jenderal ITER Pietro Barabaschi dilansir dari Live Science, Minggu (7/7/2024).

BACA JUGA: Cegah Penuaan Dini dari Paparan Sinar Matahari, Ini Rekomendasi Sunscreen Wardah, Approved Semua Jenis Kulit!

BACA JUGA:7 Parfum Isi Ulang Segar untuk Para Ngabers! Motoran dari Pagi ke Sore Ga Apek Kena Matahari, Cocok yang Mana?

ITER merupakan reaktor fusi nuklir terbesar di dunia, baik dari segi skala maupun jumlah negara yang terlibat dalam pengembangannya.

Matahari buatan ini adalah hasil kolaborasi antara 35 negara, termasuk seluruh negara di Uni Eropa, Rusia, China, India, dan Amerika Serikat.

Mengandung magnet paling kuat di dunia, ITER mampu menghasilkan medan magnet 280 ribu kali lebih kuat dari medan magnet yang melindungi Bumi.

Desain reaktor yang mengagumkan ini juga dibarengi dengan biaya yang sangat tinggi.

BACA JUGA:Bermodal 15ribuan, Resep Sup Matahari Khas Solo yang Simple ala Devina Hermawan Bisa Kamu Recook! Cekidot...

BACA JUGA:7 Parfum Alfamart Paling Wangi untuk Anak SMP! Biar Seharian di Sekolah Ga Bau Matahari...

Awalnya, ITER diperkirakan akan menelan biaya sekitar USD 5 miliar atau sekitar Rp 81,2 triliun dan dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2020.

Namun, dalam perkembangannya, reaktor ini mengalami beberapa kali penundaan dan biaya anggarannya membengkak hingga lebih dari US$22 miliar atau sekitar Rp357,6 triliun, dengan tambahan US$5 miliar atau sekitar Rp81,2 triliun yang diusulkan untuk menutupi biaya tambahan. 

Biaya tak terduga dan penundaan ini menjadi salah satu penyebab tertundanya operasional reaktor tersebut selama 15 tahun.

Akhirnya Matahari Buatan Terbesar Rampung Dirakit, Tapi Operasi Ditunda 15 Tahun Lagi, Ada Apa?

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – sudah sejak lama para ilmuwan memanfaatkan fusi untuk meniru matahari.

desain yang sering digunakan untuk reaktor fusi, yaitu .

sistem ini beroperasi dengan cara memanaskan plasma dan kemudian menjebakkannya di dalam ruang reaktor berbentuk mirip donat.

dilengkapi dengan medan magnet yang sangat kuat.

nah, saat ini reaktor fusi terbesar di dunia atau sering disebut "" akhirnya selesai dirakit.

namun, teknologi ini masih harus menunggu hingga 15 tahun lagi sebelum dapat beroperasi.

kenapa? simak penjelasannya berikut ini:

awalnya reaktor fusi international fusion energy project (iter) menjalani uji coba penuh di 2020.

adapun iter memiliki 19 kumparan besar yang dililitkan ke beberapa magnet toroidal.

namun, para ilmuwan kini mengatakan reaktor tersebut paling cepat baru akan mulai beroperasi pada tahun 2039.

ini berarti sangat kecil kemungkinan tenaga fusi, termasuk tokamak iter beroperasi tepat waktu guna menjadi solusi bagi krisis iklim.

"tentu saja, penundaan (beroperasinya) iter tidak mengarah ke arah yang benar," kata direktur jenderal iter pietro barabaschi dilansir dari live science, minggu (7/7/2024).

iter merupakan reaktor fusi nuklir terbesar di dunia, baik dari segi skala maupun jumlah negara yang terlibat dalam pengembangannya.

matahari buatan ini adalah hasil kolaborasi antara 35 negara, termasuk seluruh negara di uni eropa, rusia, china, india, dan amerika serikat.

mengandung magnet paling kuat di dunia, iter mampu menghasilkan medan magnet 280 ribu kali lebih kuat dari medan magnet yang melindungi bumi.

desain reaktor yang mengagumkan ini juga dibarengi dengan biaya yang sangat tinggi.

awalnya, iter diperkirakan akan menelan biaya sekitar usd 5 miliar atau sekitar rp 81,2 triliun dan dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2020.

namun, dalam perkembangannya, reaktor ini mengalami beberapa kali penundaan dan biaya anggarannya membengkak hingga lebih dari us$22 miliar atau sekitar rp357,6 triliun, dengan tambahan us$5 miliar atau sekitar rp81,2 triliun yang diusulkan untuk menutupi biaya tambahan. 

biaya tak terduga dan penundaan ini menjadi salah satu penyebab tertundanya operasional reaktor tersebut selama 15 tahun.

Tag
Share