Diluar Nurul! Isu Viral Kabar RS Medistra Jakarta Larang Dokter Pakai Hijab, CEO-nya Malah Bilang Begini..
CEO RS Medistra Jakarta Buka Suara Larangan Hijab bagi Dokter-Gambar Ilustrasi-
Isu ini mencuat setelah dr. Diani Kartina, seorang dokter spesialis bedah di rumah sakit RS Medistra mengungkapkan kekecewaannya melalui sebuah surat terbuka yang kemudian diunggah di media sosial.
Akibat dari larangan kontroversial di RS Medistra ini, dr. Diani memutuskan untuk mengundurkan diri.
Surat protes dr. Diani Kartina mulai beredar di media sosial mengungkap kebijakan RS Medistra yang melarang penggunaan hijab bagi perawat dan dokter umum.
BACA JUGA:Akui Salah Laras Gartiana Sahabat Noe Row Diduga Terlibat Perselingkuhan: Sumpah Nyesel Banget
Dalam surat tersebut, dr. Diani mempertanyakan kebijakan yang menurutnya tidak adil, terutama ketika kerabat dan asistennya yang berhijab mengajukan lamaran sebagai dokter umum di RS Medistra, mereka harus melalui sesi wawancara yang menanyakan tentang hijab.
Salah satu pengguna X @LoneLynx___ pada minggu (1/9) mempostng isi surat dr. Diani tersebut.
Manajemen RS Medistra Rasis terhadap Nakes Muslim yang Berhijab, Dr Diani Mundurhttps://t.co/nBsVjqg0VX pic.twitter.com/SKCEv60AdG — Langit Macaronis (@LoneLynx___) September 1, 2024
Dr. Diani merasa heran dan kecewa karena di era modern seperti sekarang masih ada pertanyaan yang dianggapnya rasis.
"Dikatakan RS Medistra berstandar internasional tetapi mengapa masih rasis seperti itu?," tulisnya.
Setelah surat protes ini menjadi viral dan menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat.
BACA JUGA:Fatal! Selebgram Lampung Tewas Tertabrak Kereta Setelah Berjuang Kritis, ini Detail Kejadiannya..
Banyak yang mengecam kebijakan RS Medistra, termasuk tokoh agama seperti Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Muhammad Cholil Nafis.
Melalui kicauan di media sosial, Cholil Nafis mengkritik kebijakan tersebut dan menekankan bahwa di Indonesia yang masyarakatnya sangat beragam, seharusnya tidak ada aturan yang melarang penggunaan hijab.
Cholil Nafis menambahkan, jika suatu rumah sakit tidak ingin ada karyawan yang berhijab, maka sebaiknya tidak beroperasi di Indonesia.