bacakoran.co

Shell Dikabarkan Hengkang dari Indonesia, Tutup Seluruh SPBU, Ada Apa?

Kabar mengenai Sheel yang hengkang dari Indonesia, menutup seluruh SPBU semakin santer disebabkan ketatnya persaingan distribusi bahan bakar di Tanah Air.--istimewa

BACAKORAN.CO – Rumor mengenai rencana Shell Indonesia untuk menutup seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia semakin santer terdengar.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, mengungkapkan dirinya tidak terkejut mendengar kabar tersebut. 

Menurut Moshe, persaingan di sektor ritel penyaluran bahan bakar di Indonesia sangat ketat, dengan dominasi kuat dari Pertamina.

"Saya tidak heran kalau Shell mau tutup bisnis SPBU di Indonesia. Pertamina menguasai mayoritas pasar, dan sulit bagi perusahaan seperti Shell untuk bersaing," jelas Moshe.

BACA JUGA:Mobil Ambulans di Tolak Isi BBM di SPBU Penggaron Semarang Viral di Media Sosial

BACA JUGA:Butuh Rekomendasi Hotel Terbaik atau SPBU Terdekat Saat Liburan? Langsung Tanya Sabrina Aja!

Kilas Balik Kejayaan Shell di Indonesia

Moshe menuturkan, Shell sempat berjaya di pasar ritel BBM di Indonesia ketika produk mereka menawarkan nilai tambah dibandingkan kompetitor.

Namun, dominasi Pertamina sebagai satu-satunya badan usaha yang berhak menjual BBM bersubsidi membuat posisi Shell semakin tertekan.

"Pertamina terus meningkatkan kualitas layanan dan produk, sementara Shell mulai kehilangan keunggulan kompetitif. Selain itu, Pertamina mendapat dukungan penuh dari pemerintah, yang membuat persaingan menjadi semakin sulit," ujar Moshe. 

BACA JUGA:Kebakaran di SPBU Sekayu Akibat Konsumen Self Service, Apakah Melanggaran Aturan Pertamina?

BACA JUGA:Pemerintah Tegaskan Tak Ada Penghapusan Penjualan Pertalite di SPBU, Tapi…

Shell sebelumnya juga sempat mengumumkan rencana global untuk mengurangi jumlah SPBU hingga 1.000 unit pada 2025, sebagai bagian dari strategi investasi di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Fokus Baru Shell: Pabrik Gemuk Pertama di Indonesia

Meski menghadapi tantangan di sektor SPBU, Shell tetap menunjukkan komitmennya terhadap pasar Indonesia dengan mengumumkan pembangunan pabrik manufaktur gemuk (grease) pertama di Tanah Air.

Fasilitas ini akan melengkapi Pabrik Pelumas Shell yang sudah ada di Marunda, Bekasi, dan direncanakan memiliki kapasitas produksi hingga 12 juta liter gemuk per tahun.

BACA JUGA:235 SPBU se-Indonesia Tak Lagi Jual Pertalite, Ini Daftar Kriterianya, Termasuk di Kawasan Elite!

BACA JUGA:Geger! Pengemudi Protes Isi BBM Pertamax ada Biaya Admin Rp5 Ribu di SPBU Denpasar, Ini Tindakan Pertamina!

"Investasi ini menegaskan komitmen kami untuk terus memenuhi kebutuhan pelanggan di Indonesia, terutama di sektor industri yang sedang berkembang pesat," ujar Jason Wong, Global Executive Vice President Shell Lubricants. 

Produk gemuk yang akan diproduksi di pabrik ini, seperti “Shell Gadus®”, dirancang untuk mendukung berbagai industri, termasuk manufaktur, baja, pertambangan, dan konstruksi. 

Harapan untuk Masa Depan

Meski menghadapi tantangan di sektor ritel BBM, Shell tampaknya fokus pada pengembangan bisnis yang lebih berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan industri modern.

BACA JUGA:Usai Isi BBM Puluhan Sepeda Motor Mogok, Polisi 'Segel' Pompa SPBU Patih Galung

BACA JUGA:Bullshit! Klarifikasi Sopir Ambulans yang Turunkan Paksa Jenazah di SPBU: Mau Saya Ganti Ambulance Lain

Investasi di pabrik gemuk menjadi langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan kehadiran mereka di Indonesia. 

Sementara itu, tantangan dalam sektor ritel BBM mungkin menjadi pembelajaran untuk beradaptasi dengan pasar yang didominasi oleh pemain lokal besar seperti Pertamina.

Shell Dikabarkan Hengkang dari Indonesia, Tutup Seluruh SPBU, Ada Apa?

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – rumor mengenai rencana untuk menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (spbu) di indonesia semakin santer terdengar.

ketua komite investasi asosiasi perusahaan minyak dan gas nasional (aspermigas), moshe rizal, mengungkapkan dirinya tidak terkejut mendengar kabar tersebut. 

menurut moshe, persaingan di sektor ritel penyaluran bahan bakar di indonesia sangat ketat, dengan dominasi kuat dari .

"saya tidak heran kalau shell mau tutup bisnis spbu di indonesia. pertamina menguasai mayoritas pasar, dan sulit bagi perusahaan seperti shell untuk bersaing," jelas moshe.

kilas balik kejayaan shell di indonesia

moshe menuturkan, shell sempat berjaya di pasar ritel bbm di indonesia ketika produk mereka menawarkan nilai tambah dibandingkan kompetitor.

namun, dominasi pertamina sebagai satu-satunya badan usaha yang berhak menjual bbm bersubsidi membuat posisi shell semakin tertekan.

"pertamina terus meningkatkan kualitas layanan dan produk, sementara shell mulai kehilangan keunggulan kompetitif. selain itu, pertamina mendapat dukungan penuh dari pemerintah, yang membuat persaingan menjadi semakin sulit," ujar moshe. 

shell sebelumnya juga sempat mengumumkan rencana global untuk mengurangi jumlah spbu hingga 1.000 unit pada 2025, sebagai bagian dari strategi investasi di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (spklu).

fokus baru shell: pabrik gemuk pertama di indonesia

meski menghadapi tantangan di sektor spbu, shell tetap menunjukkan komitmennya terhadap pasar indonesia dengan mengumumkan pembangunan pabrik manufaktur gemuk (grease) pertama di tanah air.

fasilitas ini akan melengkapi pabrik pelumas shell yang sudah ada di marunda, bekasi, dan direncanakan memiliki kapasitas produksi hingga 12 juta liter gemuk per tahun.

"investasi ini menegaskan komitmen kami untuk terus memenuhi kebutuhan pelanggan di indonesia, terutama di sektor industri yang sedang berkembang pesat," ujar jason wong, global executive vice president shell lubricants. 

produk gemuk yang akan diproduksi di pabrik ini, seperti “shell gadus®”, dirancang untuk mendukung berbagai industri, termasuk manufaktur, baja, pertambangan, dan konstruksi. 

harapan untuk masa depan

meski menghadapi tantangan di sektor ritel bbm, shell tampaknya fokus pada pengembangan bisnis yang lebih berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan industri modern.

investasi di pabrik gemuk menjadi langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan kehadiran mereka di indonesia. 

sementara itu, tantangan dalam sektor ritel bbm mungkin menjadi pembelajaran untuk beradaptasi dengan pasar yang didominasi oleh pemain lokal besar seperti pertamina.

Tag
Share